Laporkan Masalah

Film animasi Indonesia pada era reformasi

PRAKOSA, Gotot, Prof.Dr. R.M. Soedarsono

2004 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Bagi dunia film animasi di Indonesia, era reformasi adalah masa yang dianggap sebagai masa transisi. Masa yang belum selesai hingga kini, dimulai sejak tahun 1998 saat tumbangnya pemerintahan Orde Baru hingga kini masih berlanjut, menjadi momentum penting dalam pijakan untuk tumbuh dan berkembangnya produktivitas film animasi di Iondonesia. Pada masa ini dianggap sebagai masa yang cukup sulit, karena masih tersisa imbas krisis multi dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya. Sebagai masa peralihan, transisi. Pada saat seperti ini justru film animasi Indonesia ‘menggeliat’. Banyak bermunculan studio-studio animasi, baik yang bersifat komersial atau yang bersifat ideal, mereka membuat film-film animasi secara mandiri, independen dan terkadang diputarkan di kalangan terbatas, atau dikirim ke berbagai festival film, sekedar diputarkan atau diikutkan dalam kompetisi. Pada era reformasi ini pula justru berbagai bentuk, jenis festival film muncul, tidak saja di Jakarta, diadakan oleh pemerintah ataupun swasta yang sangat berminat akan perkembangan film animasi di Indonesia. Disamping itu juga semakin gencarnya pasar komputer yang membuat pembuatan film animasi semakin praktis dan cepat. Sentra-sentra pendidikan singkat atau kursus pendidikan animasi juga dibuka di manamana. Yang juga menarik pada era ini adalah maraknya penjualan film animasi lokal dalam bentuk VCD, pasar yang pada era sebelumnya belum diperhatikan. Kemudian munculnya komunitas-komunitas animasi yang sebagian besar dipimpin oleh animator muda pengguna komputer. Pada era ini juga dilahirkan film animasi panjang untuk bioskop, yang dibuat oleh kelompok atau studio animasi yang dimotori oleh anak-anak muda dari Jogjakarta yang pada awalnya tidak belajar membuat film animasi, tetapi latar belakangnya adalah bidang-bidang lain, seperti arsitektur dan sebagainya. Penelitian ini mengamati perkembangan dunia film animasi dengan terjun dan terlibat dalam berbagai kegiatan di dunia animasi Indonesia, baik di dalam pembuatan film animasi secara langsung juga dalam organisasi festival film animasi di Indonesia.

For the animation film community in Indonesia, the reform era is considered a period of transition. A phase which began in 1998 with the downfall of the New Order government and which is now still continuing, is an important momentum for further growth and development in productivity of animation films in Indonesia. It is presently still regarded as a difficult time because the effect of the multi-dimensional crisis that has affected the economy and social and cultural life in Indonesia is still felt today. However in spite of the discouraging situation, the animation film world in Indonesia have shown signs of some kind of a “revival”. A number of animation studios are emerging with commercial objective as well as idealistic basis. They make animation movies independently that are sometimes only shown within limited circles, or sent to various film festivals either solely to be screened or to take part in the competition program. The reform era has seen various kinds of the festivals, held not only in Jakarta and organized by the government or by private organizations that are interested in the fate and development of animation films in Indonesia. Easy accessibility to computer technology is evidently a great contribution that has made the production of animation films relatively much easier and faster than it was in the past. Short courses on animation film making are opened everywhere. A not less interesting phenomenon is the booming sales of local animation products in VCD form, a market segment that most people were not aware of its image potential in the past. Many animation making communities come into being that are mostly led by young computer aided animators. This period has also witnessed the bieth of long animation films for movie theatres, made by a group or an animation studio motored by young people from Jogjakarta which at the onset had no basics in animation film making but instead had a background in other fields of study such as architecture etc. This research is conducted by carrying out an observation of the animation film world or industry by way of participation in a variety of activities within the animation film circles in Indonesia, including taking part in the production of animation directly as well as organizing various animation film festival throughout Indonesia.

Kata Kunci : Film Animasi,Reformasi Indonesia

  1. S2-2002-GototPrakosa-abstract.pdf  
  2. S2-2002-GototPrakosa-bibliography.pdf  
  3. S2-2002-GototPrakosa-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2002-GototPrakosa-title.pdf