Laporkan Masalah

SENI RUPA, MEMORI KOLEKTIF, DAN PANDEMI 19: STUDI KASUS PROYEK BENGGALA

ADNAN ADITYA KUSUMA, Dr. phil. Vissia Ita Yulianto, Prof. M Dwi Marianto, MFA., Ph.D

2024 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa



Penelitian ini mengkaji karya seni rupa berjudul Kirab Mundur: Keselamatan Wajah Semua Kerinduan oleh Proyek Benggala, yang ditampilkan pada Asana Bina Seni Biennale 2020 di Taman Budaya Yogyakarta. Karya ini dibuat sebagai respons terhadap pandemi Covid-19, dengan menginterpretasi ulang ritual tradisional Wiyosan Kanjeng Kiai Tunggul Wulung dan menyoroti berkurangnya pelestarian ritual tolak bala di Yogyakarta. Penelitian ini mengeksplorasi peran karya seni Proyek Benggala Keselamatan Wajah Semua Kerinduan dalam pelestarian memori kolektif upacara Wiyosan Kanjeng Kiai Tunggul Wulung di masa pandemi Covid-19.

 

Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus digunakan untuk analisis mendalam. Data dikumpulkan melalui keterlibatan langsung, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Karya Proyek Benggala ini dikaji dalam dua bentuk: seni pertunjukan yang menampilkan kirab mundur dan instalasi yang melambangkan spiritualitas masyarakat Jawa. Absennya ritual tradisional selama pandemi Covid-19 yang diputuskan oleh Sultan Hamengkubuwono X, dikritisi, dengan karya seni tersebut berfungsi sebagai komentar dan interpretasi ulang simbol budaya dalam konteks kontemporer.

 

Penelitian ini menekankan peran penting seni dalam melestarikan dan menginterpretasi memori kolektif, khususnya dalam konteks wabah. Penelitian ini menyoroti metode kolaboratif dan interdisipliner yang digunakan oleh Proyek Benggala untuk menciptakan seni yang tidak hanya menarik secara estetis tetapi juga merupakan upaya untuk melestarikan memori kolektif pandemi melalui karya seni rupa.


Abstract

 

This research examines the visual artwork titled Kirab Mundur: Keselamatan Wajah Semua Kerinduan by Proyek Benggala, which was showcased at the Asana Bina Seni Biennale 2020 at Taman Budaya Yogyakarta. This artwork was created in response to the Covid-19 pandemic by reinterpreting the traditional Wiyosan Kanjeng Kiai Tunggul Wulung ritual and highlighting the diminished preservation of the tolak bala ritual in Yogyakarta. The study explores the role of Proyek Benggala's Keselamatan Wajah Semua Kerinduan in the preservation of collective memory related to the Wiyosan Kanjeng Kiai Tunggul Wulung ceremony during the Covid-19 pandemic.

 

A qualitative research method with a case study approach is used for in-depth analysis. Data were collected through direct involvement, observation, interviews, and documentation. Proyek Benggala's work is analysed in two forms: performance art featuring a backward procession and an installation symbolizing Javanese spirituality. The absence of traditional rituals during the Covid-19 pandemic, as decided by Sultan Hamengkubuwono X, is critiqued, with the artwork serving as commentary and reinterpretation of cultural symbols in a contemporary context.

 

This research emphasises the crucial role of art in preserving and interpreting collective memory, especially in the context of epidemics. It highlights the collaborative and interdisciplinary methods employed by Proyek Benggala to create art that is not only aesthetically engaging but also serves as an effort to preserve pandemic-related collective memory through visual arts.

 

Keywords: Visual Arts, Collective Memory, Cultural Memory, Semiotics, Proyek Benggala

Kata Kunci : Seni Rupa, Memori Kolektif, Memori Kultural, Semiotika, Proyek Benggala,

  1. S2-2024-467984-abstract.pdf  
  2. S2-2024-467984-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-467984-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-467984-title.pdf