KEKERASAN SIMBOLIK, KELAS, DAN HABITUS DALAM DRAMA KISAH PERJUANGAN SUKU NAGA KARYA W.S RENDRA
ZANIA MASHURO, Dr. Cahyaningrum Dewojati, S.S., M.Hum.
2024 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekerasan
simbolik, kelas, dan habitus dalam drama Kisah Perjuangan Suku Naga
karya W.S Rendra dengan pendekatan teori Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan tiga tahapan, yaitu
pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Studi
Pustaka dengan teknik baca dan kepustakaan dilakukan dalam penelitian ini
sebagai metode pengumpulan data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya kekerasan simbolik yang dilakukan
oleh Abisavam, Ratu, Boss, Mr Joe dan anggota pemerintah Negeri Astinam akibat
kepemilikan modal simbolik berupa jabatan. Selain itu, kekerasan simbolik juga
dilakukan oleh Abivara akibat kepemilikan modal simbolik berupa pendidikan.
Terdapat tig akelas dalam drama tersebut, yaitu kelas dominan, kelas borjuis
kecil, dan kelas pekerja. Habitus yang dimiliki masyarakat Suku Naga adalah
bertani dan habitus yang dimiliki Abivara, yaitu penurut
dan berbakti kepada Ayahnya; melestarikan adat dan tradisi masyarakat; pemimpin
yang baik dan bermanfaat; dan hidup dengan sederhana.
This
research aims to analyze symbolic violence, class, and habitus in the drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Tribe by W.S. Rendra using Pierre Bourdieu's
theoretical approach. The method used in this research is a qualitative method
with three stages, namely data collection, data analysis, and presentation of
the results of the analysis data. Literature study using reading and
bibliography techniques was carried out in this research as a data collection
method. The results of the research show that there was symbolic violence
committed by Abisavam, Ratu, Boss, Mr Joe and members of the Astinam State
government due to their ownership of symbolic capital in the form of positions.
Apart from that, symbolic violence was also carried out by Abivara due to his
ownership of symbolic capital in the form of education. There are three classes
in the drama, namely the dominant class, the petty bourgeoisie class, and the
working class. The habit of the Suku Naga is farming and the habit of Abivara,
namely being obedient and devoted to her father; preserving community customs
and traditions; good and useful leader; and live simply.
Kata Kunci : Kekerasan simbolik, kelas, habitus, drama, Bourdieu, drama Kisah Perjuangan Suku Naga.