Laporkan Masalah

Aktivitas Musikal Sebagai Penanda Identitas Sosial: Studi Terhadap Kelas Biola di Jogja Music School

SANTY ALIF PATUH B, Dr. Wiwik Sushartami, M.A.; Dr. G.R Lono L Simatupang, M.A.

2021 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Biola merupakan instrumen musik klasik Barat yang telah masuk di dunia pendidikan di kota-kota besar Indonesia melalui lembaga musik formal dan nonformal atau lembaga kursus musik. Seiring dengan perkembangannya melalui lembaga kursus musik, lahir konstruksi bahwa biola merupakan instrumen musik yang elite dan hanya golongan masyarakat tertentu saja yang dapat memahami ilmu penerapannya. Salah satu lembaga kursus musik yang membuka kelas biola adalah Jogja Music School (JMS). JMS merupakan salah satu lembaga kursus musik ternama di Yogyakarta. Berawal dari latar belakang lahirnya konstruksi biola sebagai instrumen musik yang elite melalui lembaga kursus musik, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi tersebut dapat menjadi media penanda identitas individu yang memainkannya, khususnya peserta didik kelas biola di JMS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mewacanakan teori habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu untuk menganalisis konstruksi sebagai fenomena sosial dan teori tiga level yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam dalam memahami konstruksi tersebut sebagai sebuah praktik aktivitas musikal. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan olah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi biola sebagai instrumen musik elite dan individu yang memainkannya merupakan golongan masyarakat elite adalah sebuah stereotip. Konstruksi tersebut hanya sebuah penilaian subjektif dan harus dibuktikan melalui sebuah penelitian. Temuan lainnya adalah terbukti adanya konstruksi identitas peserta didik biola melalui citra yang dibangun oleh JMS. Selain itu, dalam aktivitas musikal peserta didik biola terjadi ambiguitas atas konstruksi identitas tersebut.

The violin is a classical music instrument that has entered the Indonesian education, through formal and non-formal music institutions or music course. Along with its development of music course, it found that the construction of violin is an elite musical instrument and only groups (nobility) could be understand the science of its application. One of the music course have opened the violin classes, it is Jogja Music School (JMS). JMS is one of famous music course in Yogyakarta. Based on the violin construction as an elite musical instrument through a music course or institution, the research aims to find out how to construction can be medium of individual identity marker to plays the violin, especially violin students in JMS. This research uses a qualitative research method by discussing the habitus theory by Pierre Bourdieu to analyze construction as a social phenomenon, and the three-level theory by Alan P. Merriam in understanding construction as a practice of musical activity. Data collection techniques used observation, interviews, documentation and data processing. The results of this research have shown that the violin construction as an elite musical instrument and the individuals who play it are an elite society (nobility) is a stereotype. The construction is only a subjective assessment and must be proven through a research or study. Another invention is that the proven identity construction of violin student though an image creates by the JMS. In addition, violin students of musical activities involve ambiguity over identity its construction.

Kata Kunci : Biola, Jogja Music School, Aktivitas Musikal, Penanda Identitas Sosial

  1. S2-2021-437724-abstract.pdf  
  2. S2-2021-437724-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-437724-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-437724-title.pdf