Laporkan Masalah

Ragam Hias Teratai di Cungkup Makam Sunan Drajat Jawa Timur: Representasi Estetik Konsep Tunjung Tanpa Telaga Masa Islam Peralihan

AKHMAD NIZAM, Dr. Wisma Nugraha Ch.R., M.Hum.; Prof. Drs. SP. Gustami, S.U.

2020 | Disertasi | DOKTOR PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

INTISARI Ragam hias yang mendominasi cungkup makam Sunan Drajat di Lamongan Jawa Timur adalah teratai padma dan padmamula simbol otoritas spiritual tertinggi dan sumber kehidupan. Padma dan padmamula merealisasikan kepercayaan Hindu, bahwa benih asal mula kehidupan berasal dari air. Sebaliknya di cungkup makam terpahat fatwa Sunan Drajat (sapta piweling) yang merealisasikan gagasan tunjung tanpa telaga ajaran Martabat Tujuh. Dengan demikian dirumuskan masalah penelitian ini: mengapa cungkup makam Sunan Drajat didominasi teratai padma dan bagaimana relasi antara tunjung tanpa telaga dan padma. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan spesifik antara tunjung tanpa telaga dan teratai padma. Pendekatan estetika diterapkan untuk mengkaji prinsip organisasi visual dan gaya seni, memakai teori Edmund Burke Feldman. Artefak sebagai representasi sejarah memakai teori Louis Gottschalk dan pemaknaan karya seni memakai teori ikonografi Erwin Panofsky. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan (observasi, dokumentasi, dan wawancara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam hias padma dan padmamula di cungkup Sunan Drajat merealisasikan ajaran Martabat Tujuh tunjung tanpa telaga-Ruh Idhafi artinya tunjung [padma yang hidup] tanpa telaga adalah Ruh Idhafi. Menurut Martabat Tujuh, yang pertama kali diciptakan Allah adalah Ruh Idahafi atau Ruh Muhammad. Seluruh umat manusia memiliki sumber kehidupan yang sama, yaitu Ruh Muhammad. Konsep Ruh Muhammad, berkaitan dengan Insan Kamil yaitu manusia paripurna yang sudah mencapai tingkat kearifan tertinggi. Padma yang menyelubungi cungkup Sunan Drajat diibaratkan sama dengan Ruh Idahafi, maka terdapat kesamaan gagasan dan simbol yang sama yaitu teratai sebagai sumber kehidupan dan tingkat kearifan tertinggi. Akan tetapi padma mengaktualkan kepercayaan bahwa benih asal mula kehidupan berasal dari air. Esensi tunjung tanpa telaga adalah padma yang meninggalkan lumpur telaga, maka visualisasinya digambarkan padma yang tidak tumbuh dari air telaga. Dengan demikian alegori tunjung tanpa telaga menegasikan kepercayaan benih asal mula kehidupan yang berasal dari air, namun meninggikan padma sama dengan Ruh Idhafi, setaraf dengan Ruh Muhammad yang sempurna. Karakteristik tunjung tanpa telaga secara esensial mendasari praktik stilisasi seni hias Islam, pada masa peralihan.

ABSTRACT The ornaments that dominate the cupola of Sunan Drajat's tomb in Lamongan, East Java, are padma and padmamula as symbols of the highest spirituality and source of life. They represent Hinduism belief that the seeds of the origin of life come from water. On the other hand, the cupola is carved with Sunan Drajat`s fatwa (sapta piweling) which represents the idea of tunjung tanpa telaga of Martabat Tujuh teachings. Thus, in this research the problem is formulated into two i.e. why is the cupola of Sunan Drajat's tomb dominated with padma and how is the relation between tunjung tanpa telaga and padma. This research is aimed at revealing a specific relationship between tunjung tanpa telaga and padma. This research used an Aesthetic approach to study the principles of visual organization and art style using Edmund Burke Feldman's theory. Louis Gottschalk's theory was used to study artifacts as historical representations, and the meaning of artworks was analyzed using Erwin Panofsky's iconographic theory. The data collection techniques were by literature study and field studies (observation, documentation, and interviews). The results show that the ornament of padma and padmamula in Sunan Drajat`s cupola represents the tunjung tanpa telaga-Ruh Idhafi of Martabat Tujuh teachings. It means that a lotus living without a lake is Ruh Idhafi (Idhafi Spirit). Based on Martabat Tujuh teachings, the first thing Allah created was Ruh Idahafi or Ruh Muhammad (the spirit of Muhammad). All human beings have the same source of life, namely the Spirit of Muhammad. The concept of the Spirit of Muhammad, is related to Insan Kamil i.e. the perfect human being who has reached the highest level of wisdom. The padma which envelops Sunan Drajat's cupola is regarded as Ruh Idhafi, so that there is the same ideas and symbols i.e. the lotus as the source of life and the highest level of wisdom. However, padma actualizes the belief that the seed of the origin of life comes from water. The essence of tunjung tanpa telaga is the padma which leaves the mud of the lake, so that the visualization is described as the padma which does not grow from the lake water. Thus, the allegory of tunjung tanpa telaga negates the belief in the seeds of the origin of life that come from water, but it elevates the padma the same as Ruh Idhafi, commensurate with the perfect Spirit of Muhammad. The characteristics of tunjung tanpa telaga essentially underlies the practice of Islamic ornamental stylization, during the transition period.

Kata Kunci : Padma, Padmamula, Tunjung tanpa telaga, Martabat Tujuh

  1. S3-2020-390581-abstract.pdf  
  2. S3-2020-390581-bibliography.pdf  
  3. S3-2020-390581-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2020-390581-title.pdf