JEMPARING DAN JEMPARINGAN MATARAMAN: MAKNA DAN FUNGSI (Studi Kasus: Paguyuban Gandhewa Mataram)
WIDYANTARI DYAH P, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc.; Dr. Rr. Paramitha Dyah Fitriasari, M.Hum.
2020 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPAJemparingan Mataraman atau panahan gaya Mataraman merupakan salah satu seni tradisi yang ada di masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jemparingan Mataraman masih dilestarikan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan adanya Paguyuban Gandhewa Mataram. Penelitian ini bertujuan utuk mengenalkan kepada masyarakat tentang jemparingan Mataraman yang sempat menghilang dari masyarakat meliputi karakteristik serta makna dan fungsinya. Penelitian difokuskan pada karakteristik jemparingan Mataraman yang terdapat di dalam paguyuban Gandhewa Mataram, serta fungsi dan maknanya bagi anggotanya. Gandhewa Mataram merupakan paguyuban yang dinaungi oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan sumber tertulis. Penelitian dianalisis menggunakan pendekatan ikonografi dari Erwin Panofsky yang meliputi: pre-ikonografi, ikonografi, dan ikonologi. Pada ikonografi, dibantu menggunakan pendekatan enam tata kelola desain dari Victor Papanek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jemparingan Mataraman sempat mengalami perubahan pada tekniknya yang menyebabkan menghilang/tertutupnya jemparingan Mataraman di masyarakat, yang tergantikan oleh jemparingan bandhulan dan panahan ronde tradisional. Jemparingan Mataraman mempunyai karakteristik yang dapat dilihat dari teknik, gandhewa (busur panah), jemparing (anak panah), dan wong-wongan (sasaran) yang digunakan. Jemparingan Mataraman yang mempunyai falsafah "pamenthanging gandhewa, pamanthenging cipta" ini mempunyai fungsi dan makna yang lebih dalam lagi yang meliputi kehidupan manusia dengan tujuan sebagai masyarakat Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai falsafah "hamemanyu hayuning bawana".
Jemparingan Mataraman is one of traditional archery arts in Special Region of Yogyakarta. Jemparingan is still preserved by the Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat with the Gandhewa Mataram community. This study aims to introduce to the public about the jemparingan Mataraman which had disappeared from the community including its characteristics, meaning, and function. This research focused on the characteristic of jemparingan Mataraman in Gandhewa Mataram community, and meaning and function for its members. Gandhewa Mataram is a archery community in Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Data obtained from observations, interviews, documentation and written sources. The study was analyzed using an iconographic approach from Erwin Panofsky which included: pre-iconographic, iconography, and iconology. In iconography, it is helped using the six design governance approach from Victor Papanek. The result are the Jemparingan Mataraman had a change in the technique because it dissaperance/closure from the society in past and was replaced by the jemparingan bandulan and ronde tradisional archery. Jemparingan Mataraman has characteristics that can be seen from the technique, gandhewa (bow), jemparing (arrow), and wong-wongan (target) used. Jemparingan Mataraman which has the philosophy of "pamenthanging gandhewa, pamanthenging cipta" has a deeper function and meaning which includes human life with aim of being a Javanese society especially the Special Region of Yogyakarta which philosophy of "hamemayu hayuning bawana".
Kata Kunci : jemparingan Mataraman, makna, fungsi, karakteristik.