Laporkan Masalah

Cerpen "Melarung Bro di Nantalu" Karya Martin Aleida: Kajian Posmodernisme Linda Hutcheon

LUGAS IKHTIAR B, Drs. Heru Marwata, M.Hum.

2022 | Skripsi | S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Orde Baru masih selalu relevan untuk dibicarakan dewasa ini. Salah satu pendokumentasiannya terjadi dalam karya sastra. Salah satu karya sastra yang membicarakan Orde Baru adalah karya-karya Martin Aleida. Cerita pendek "Melarung Bro di Nantalu" karya Martin Aleida memanfaatkan fakta-fakta sejarah Orde Baru secara nostalgis sekaligus kritis. Hal ini menarik untuk dibicarakan dan menjadi sumber pengetahuan alternatif karena pengarang memposisikan diri sebagai seseorang yang dekat sekaligus berjarak. Maka dari itu, penggunaan fakta sejarah sebagai kritik terhadap peristiwa-peristiwa di masa lalu bertujuan untuk menghadirkan sejarah alternatif. Teori Posmodernisme Linda Hutcheon digunakan untuk menganalisis cerpen "Melarung Bro di Nantalu". Pada penerapannya, teori ini akan memanfaatkan struktur cerita yang mengandung fakta sejarah dan unsur fiksi. Selain itu, melalui teori ini juga akan disinggung persoalan pertentangan antara pusat dan pinggiran. Sebagai pelengkap, dalam teori ini pula dibahas tentang kontekstualisasi atau kelindan masa kini dengan masa lalu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa cerpen "Melarung Bro di Nantalu" dibangun atas fakta sejarah Gerakan 30 September dan fiksi. Keduanya dikombinasikan pengarang untuk membentuk bangunan cerita posmodern. Lebih jauh, parodisasi meja merah dan situasi hukum Paris digunakan sebagai kritik terhadap pemerintah Indonesia. Selain itu, kontradiksi yang ada antara pusat dan pinggiran menunjukkan bahwa cerpen "Melarung Bro di Nantalu" memuat praktik dominasi yang dilakukan oleh penguasa melalui segala lembaga yang dimilikinya. Secara kontekstual, cerpen "Melarung Bro di Nantalu" mengacu pada peristiwa-peristiwa yang terjadi circa 1965. Peristiwa tersebut meliputi kekerasan berbasis perbedaan agama, deforestasi akut di beberapa daerah, dan pemerintahan otoriter Orde Baru. Masalah-masalah kontekstualisasi ini merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa cerpen "Melarung Bro di Nantalu" merupakan karya sastra posmodern yang berisi gagasan dan kritik pengarang.

The Indonesian New Order era is still a pertinent topic nowadays. This event has also been depicted in literary works. Martin Aleida's works are among those that discuss the New Order. The short story "Melarung Bro di Nantalu" by Martin Aleida employs the historical facts of the New Order in a nostalgic and critical manner. This turns on to be discussed and becomes an additional source of insight since the author brings about relatable situation as close and yet so distant with the reader. Therefore, historical facts as a critique of past in this short story aims to present an alternative view of history. Linda Hutcheon's postmodernism theory is applied to analyze the short story "Melarung Bro di Nantalu". Postmodernism theory employs the structure of the story, which contains historical facts as well as elements of fiction, in its application. Furthermore, it will address the conflict between core and periphery. This theory also examines contextualization, or the relationship between the historical and current events, as a complement. According to the findings, the short story "Melarung Bro di Nantalu" is based on historical facts from the September 30th Movement as well as fiction. The author combines both to create a postmodern story structure. Furthermore, the parody of "red table" and "Paris legal situation" was used to criticize the Indonesian government. Moreover, the contradiction between core and periphery demonstrates that the short story "Melarung Bro di Nantalu" contains authoritarian malfeasance. Contextually, "Melarung Bro di Nantalu" alludes to events circa 1965. These events followed by religious violence, severe deforestation in several areas, and authoritarianism of the New Order. These contextualization issues refer to a conclusion that the short story "Melarung Bro di Nantalu" is a postmodern literary work containing the author's notions and criticisms.

Kata Kunci : Orde Baru, posmodernisme, parodisasi, kontekstualisasi

  1. S1-2018-430904-abstract.pdf  
  2. S1-2018-430904-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-430904-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-430904-title.pdf  
  5. S1-2022-430904-abstract.pdf  
  6. S1-2022-430904-bibliography.pdf  
  7. S1-2022-430904-tableofcontent.pdf  
  8. S1-2022-430904-title.pdf