MAKNA BULLYING DALAM LIRIK BULLY (2012), KAU TAK SENDIRI (2014), GAJAH (2014), KEGIATAN BELAJAR MENGHAJAR (2017), JANGAN DIANGGAP REMEH (2018), DAN BETTER DAYS (2019) DITINJAU DARI KEBEBASAN EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE

VICKO HERNANDA PUTRA, Dr. Septiana Dwiputri Maharani

2021 | Skripsi | S1 FILSAFAT

Penelitian "Makna Bullying dalam Lirik Bully (2012), Kau Tak Sendiri (2014), Gajah (2014), Kegiatan Belajar Menghajar (2017), Jangan Dianggap Remeh (2018), dan Better Days (2019) Ditinjau dari Kebebasan Eksistensialisme Jean-Paul Sartre", merupakan penelitian yang berisi tentang identifikasi makna bullying dalam lirik lagu Indonesia. Penelitian ini mencoba mengetahui secara mendasar makna bullying dalam lirik lagu Indonesia, dan mencoba mengetahui perspektif korban serta pelaku bullying melalui interpretasi liriknya, kemudian menganalisisnya dalam tiga konsep eksistensi Jean-Paul Sartre. Tiga konsep eksistensi Sartre ini meliputi being for itself, being in itself, dan being for other. Hal ini dipengaruhi oleh struktur kebebasan dan peran tanggung jawab dalam Being and Nothingness. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menginterpretasi makna bullying dalam lirik lagu Bully (2012), Kau Tak Sendiri (2014), Gajah (2014), Kegiatan Belajar Menghajar (2017), Jangan Dianggap Remeh (2018), dan Better Days (2019); 2) menganalisis hubungan makna bullying dalam lirik lagu Indonesia dengan pemikiran Jean-Paul Sartre terhadap kebebasan eksistensialisme. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka berjenis kualitatif dengan model penelitian historis faktual teks, yang berfokus pada teks lirik lagu Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interpretasi lirik lagu dengan unsur metodis sebagai berikut: 1) induksi; 2) interpretasi; 3) deskripsi. Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, makna bullying dalam lirik lagu Indonesia periode 2010-2020 memiliki makna bahwa permasalahan bullying dalam lirik lagu tersebut merupakan manifestasi dari hubungan intersubjektivitas antara korban dan pelaku yang ada dalam realitas kehidupan, dimana hubungan ini melibatkan interaksi sosial. Kedua, lirik lagu Indonesia dalam pemikiran kebebasan eksistensial Jean-Paul Sartre memiliki makna bahwa lirik lagu tersebut memanifestasikan hubungan intersubjektivitas korban dan pelaku, dimana hal ini merepresentasikan eksistensi being for other. Facticity yang nampak dalam lirik lagu Indonesia, adalah facticity dalam wujud past, environment, dan fellowmen. Facticity ini kemudian mempengaruhi subjek sebagai being for itself, untuk mengobjekkan kebebasan objek dalam pandangannya yaitu orang lain, dan hal ini merepresentasikan kebebasan korban dan pelaku. Terhambatnya kebebasan subjek dilihat dari kebebasan siapa yang lebih dominan antara subjek korban dan pelaku, sebab korban dan pelaku adalah subjek yang berkesadaran sebagai being for itself. Kebebasan memerlukan eksistensi being in itself sebagai relfleksi atas kesadarannya terhadap realitas facticity yang nampak, dimana hal ini melibatkan subjek dalam ketubuhannya sebagai being in itself atau "ada" yang tidak berkesadaran. Tubuh adalah alat eksistensi yang merespon kesadaran subjek atas kehendak bebasnya, sehingga tubuh adalah manifestasi dari penghayatan subjek sebagai being for itself.

Research which title is "Makna Bullying dalam Lirik Bully (2012), Kau Tak Sendiri (2014), Gajah (2014), Kegiatan Belajar Menghajar (2017), Jangan Dianggap Remeh (2018), dan Better Days (2019) Ditinjau dari Kebebasan Eksistensialisme Jean-Paul Sartre" is a research that contains the identification of the meaning of bullying in Indonesian song. This research tries to find out the basic meaning of bullying in Indonesian song lyrics and tries to find out the perspective of victims and perpetrators of bullying through the interpretation of the lyrics, then analyzes it in three concepts of the existence of Jean-Paul Sartre. These three concepts of Sartre's existence include being for itself, being in itself, and being for other. This is influenced by the structure of freedom and the role of responsibility in Being and Nothingness. The objectives of this study are: 1) interpreting the meaning of bullying in Bully (2012), Kau Tak Sendiri (2014), Gajah (2014), Kegiatan Belajar Menghajar (2017), Jangan Dianggap Remeh (2018), and Better Days (2019); 2) to analyze the relationship between the meaning of bullying in Indonesian song lyrics with Jean-Paul Sartre's thoughts on existentialism freedom. This research is a qualitative literature research with a historical factual textual research model, which focuses on the text of Indonesian song lyrics within the 2010-2020 period. The method used in this research is the method of song lyrics interpretation with the following methodical elements: 1) induction; 2) interpretation; 3) description. The results of this study indicate: First, the meaning of bullying in the lyrics of Indonesian songs means that the problem of bullying in the song lyrics is a manifestation of the intersubjectivity relationship between the victim and the perpetrator that exists in the social interaction. Second, the lyrics of Indonesian in the thought of Jean-Paul Sartre's existential freedom have the meaning that the song lyrics manifest the intersubjectivity relationship between the victim and the perpetrator, which represents the existence of being for other. The facticity that appears in the lyrics of Indonesian songs is facticity in the form of past, environment, and fellowmen. This facticity then affects the subject as being for itself, to objectify the freedom of the object in his view, namely other people, and this represents the freedom of victims and perpetrators. The obstruction of the subject's freedom is seen from the freedom of who is more dominant between the victim and the perpetrator because the victim and the perpetrator are conscious subjects as being for themselves. Freedom requires the existence of being in itself as a reflection of one's consciousness of the reality of visible facticity, where this involves the subject in his body as being in itself or "being" unconscious. The body responds to the subject's consciousness of his free will as a manifestation.

Kata Kunci : Bullying, eksistensialisme, kebebasan, kesadaran, lirik lagu