KREATIVITAS DAN SPIRITUALITAS MACAPAT DALAM GORO-GORO DIPONEGORO KARYA MANTRADISI
RIBETH NURVIJAYANTO, Dr. GR. Lono Simatupang,M.A;Prof.Dr. Timbul Haryono, M.Sc.
2019 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPAMacapat secara umum didefinisikan sebagai karya sastra Jawa Baru yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dan memiliki aturan persajakan yang baku. Berdasarkan catatan sejarah, tercipta dari unsur budaya Islam, Hindu, dan kepercayaan Jawa (kejawen), secara implisit mengandung nilai spiritualitas dari beberapa unsur budaya religi tersebut karya sastra ini cukup populer bagi masyarakat Jawa berfungsi untuk berbagai kepentingan mulai praktik artistik, keagamaan, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Macapat berkembang dan hadir dalam ruang lingkup aktivitas seni pertunjukan konvensional Jawa seperti karawitan, kethoprak, dan wayang kulit. Seiring berjalannya waktu, tembang macapat dihadirkan dalam bentuk sajian budaya musik populer. Kelompok musik Mantradisi menghadirkan bentuk kreativitas penyajian tembang macapat menggunakan media musik populer dan teknologi audiovisual effect. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewacanakan berbagai perspektif keilmuan. Analisis tekstual penelitian ini menggunakan wacana kreativitas, estetika, alih wahana, performativitas sedangkan Analisis kontekstual spiritualitas dan sakral-profan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kreativitas yang terdapat pada pertunjukan Gorogoro Diponegoro dan mencari relasi antara seni dengan agama. Perubahan bentuk wahana dari macapat menjadi pertunjukan Goro-goro Diponegoro menghadirkan perubahan bentuk musikal yaitu komposisi, tangga nada, dan non-musikal seperti performativitas dan estetika. Pertunjukan Goro-goro Diponegoro juga menghadirkan bentuk praktik spiritualitas bagi para pemainnya. Keterkaitan antara macapat dan pertunjukan Goro-goro Diponegoro sebagai media praktik spiritual memberikan kesimpulan bahwa pertunjukan Goro-goro Diponegoro berada pada posisi sakral.
Macapat is as a Javanese literary work published using new Javanese language and has a standardized tax rule. Based on historical records, created from non-Islamic culture, Hinduism, and indigenous religion kejawen, implicitly adding value to spirituality from several different cultures of this religion this literary work is quite popular among Javanese people, education, and etc. Macapat present in centralized public spaces such as Java, karawitan, Kethoprak, and wayang kulit. Over time, the song macapat was presented in the form of a cultural presentation of popular music. The Mantradisi music group presents a form of creativity in presenting macapat songs using popular music media and audio-visual effects technology. This study uses qualitative methods by discourse various scientific perspectives. The qualitative analysis of this study uses the discourse of creativity, aesthetics, alih wahana, performativity while contextual analysis of spirituality and sacred-profane. This study aims to identify the creativity found in the Goro-goro Diponegoro and look for relations between art and religion. Changes in the shape of the vehicle from macapat to the Goro-goro Diponegoro show present a change in musical form, composision, and non-musical instruments such as performativity and aesthetics. Goro-goro Diponegoro also presents a form of spirituality practice for the players. The link between the macapat and the Goro-goro Diponegoro as a medium of spiritual practice gives the conclusion that Goro-goro Diponegoro performance is in a sacred position.
Kata Kunci : Macapat, Mantradisi, Creativity, and Spirituality