PARTISIPASI PEMUDA DALAM PELESTARIAN SENI BUDAYA TRADISIONAL DEBUS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN BUDAYA DAERAH (Studi Pada UKM Pandawa Untirta Di Kota Serang Provinsi Banten)
AGUS HIPLUNUDIN, Drs.Fathul Himam M.Psi,MA,Ph.D;Dr.Rr.Paramitha Dyah F.,M.Hum
2016 | Tesis | S2 Ketahanan NasionalDebus merupakan salah satu seni budaya tradisional khas Banten, yang telah dikembangkan semenjak zaman Sultan Ageng Tirtayasa abad ke 17 guna melakukan perlawanan terhadap kompeni, penjajah Belanda. Sebagai salah satu fenomena budaya yang unik di mana para pemain Debus tubuhnya kebal terhadap senjata tajam dan sengatan api yang sedang membara, Debus merupakan hasil perpaduan antara budaya lokal Banten dan Islam yang terangkum dalam tradisi tarekat, Debus menggambarkan reaksi sosial politik masyarakat Banten terhadap lingkungan sekitarnya, dan uniknya lagi Debus dapat bertahan hingga kini, oleh karenanya Debus cukup menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Adapun Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui partisipasi pemuda di UKM Pandawa Untirta dalam pelestarian seni tradisional Debus, dan (2) untuk menjelaskan implikasi partisipasi pemuda di UKM Pandawa Untirta dalam pelestarian Debus terhadap ketahanan budaya daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlandaskan fenomenologi, dengan cara menggali informasi berdasarkan penghayatan pengalaman para pendebus, sebab Debus dapat difahami dari sudut pandang para pendebus itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan prosedur penelitian sebagai berikut (1) observasi, (2) wawancara dan menganalisisnya, (3) mengumpulkan dokumen-dokumen, dan (4) mengumpukan materi audio visual yang mendukung data penelitian hingga penyajian menjadi sebuah tesis. Hasil dari penelitiannya (1) pelestarian Debus oleh pemuda memiliki tiga esensi partama penanaman nilai-nilai dalam Debus, kedua pelestarian seni tradisional Debus dalam bentuk perlindungan, transmisi, dan pemanfaatan Debus dalam aspek ekonomi guna memenuhi kebutuhan dasar Debus itu sendiri, dan ketiga inovasi dalam Debus, dengan demikian eksistensi Debus bertahan hingga kini, dan (2) dampaknya terhadap ketahanan budaya daerah, Debus memberi dampak yakni; pembentukan karakter pemuda yang riligius, pemberani atau memiliki sifat patriotisme, rendah hati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, selain dari itu, Debus berdampak pada kesadaran, betapa pentingnya mempertahankan seni budaya tradisional ditandai dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab untuk melestarikan Debus yang berimplikasi bagi ketahanan budaya daerah, di mana Debus berfungsi sebagai filterasi terhadap arus budaya global, serta penghayatan terhadap Debus tidak lantas menumbuhkan fanatisme kedaerahan yang dapat memicu disintegrasi bangsa.
Debus is one of specific traditional cultural art of Banten, of which has been developed since the era of Sultan Ageng Tirtayasa in 17th century in order to conduct struggling towards company, colonial of Nederland. As one of unique cultural phenomena whereas the Debus performer has strong body towards sharp weapon and incombustibility towards flame, Debus is a result of aculturation between local culture of Banten and Islam synthesized in tarekat tradition. Debus describes political and social reaction of society of Banten towards their surrounding environment. The more unique is Debus can survive up to now, thus Debus is sufficiently attractive to be a material of research. Meanwhile the purpose of this research were: (1) to know the participation of teenagers in UKM Pandawa Untirta in conserving traditional art of Debus, and (2) to explain the implication of participation of teenagers in UKM Pandawa Untirta in the conservation of Debus towards the endurance of regional culture. This research used qualitative research method based on phenomenology, by searching information based on embedding of experiences from Debus performers, by reason Debus can be comprehended from the point of view of Debus performers themselves. In this research, the researcher conducted procedure of research as follow (1) observation, (2) interview and analysis, (3) collecting documents, and (4) collecting audio visual sources of which suppot the research data to the presentation as a thesis. The results of research are (1) conservation of Debus by teenagers has three essences. First is the embedding of values in Debus. Second is the conservation of Debus traditional art in the shape of protection, transmision, and functional of Debus in economical aspect to fulfil basic neccesities of Debus itself; and the third is inovation in Debus. Thus the existence of Debus is conserved up to now, and (2) the impact towards the conservation of regional culture of Debus give any impacts, i.e.: the creation of religious character to teenagers, brave and has partriotic traits, humble, and highly esteem the human values. In addition, Debus has impact towards the awareness on the importance to conserve traditional cultural art is signed by the growth of sense of responsibility to conserve Debus of which has implication towards the regional cultural endurance, wherein Debus has function as filteration towards the global cultural stream, and the comprehension towards Debus is not grow regional fanaticism of which can emerge state disintegration.
Kata Kunci : Participation, Teenager, Conservation, Traditional Cultural Art, Debus, Resilience of Regional Culture