Hubungan Anemia dan Depresi pada Remaja Putri di Kota Yogyakarta
RESTU AMALIA H, Dr. rer. nat. dr. BJ. Istiti Kandarina ; Dr. Leny Latifah, S.Psi., Psi., MPH.
2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada remaja. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diketahui gangguan mental emosional pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 9,5%. Depresi remaja merupakan pencetus beban penyakit, dan kerugian karena kehilangan produktivitias, kejadian sindrom metabolik saat dewasa. Zat besi merupakan salah satu zat gizi yang mempunyai peran penting dalam pembentukan perilaku emosional. Defisiensi besi merupakan faktor utama penyebab anemia pada remaja putri. Prevalensi anemia remaja putri di kota Yogyakarta mencapai 35,2% pada tahun 2012. Penelitian yang menghubungkan anemia dan depresi masih terbatas, khususnya pada kelompok remaja dan wanita usia subur yang rentan anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia dan depresi pada remaja putri di Kota Yogyakarta. Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Subyek penelitian adalah 250 remaja putri SMA usia 14-18 tahun di kota Yoyakarta. Depresi remaja diukur menggunakan Inventori Depresi Remaja (IDR), dan kadar hemoglobin untuk menentukan status anemia. Analisis data bivariat menggunakan Chi Square. Hasil: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia (RP 1,7; CI 95% 0,969-3,034; p > 0,05), tingkat aktivitas fisik rendah (RP 0,9; CI 95% 0,461-1,809; p > 0,05), status gizi kurus (RP 0,9; CI 95% 0,313-3,121, p > 0,05), dan obesitas (RP 1,6; CI 95% 0,912-2,876, p > 0,05) dengan kejadian depresi pada remaja putri di Kota Yogyakarta. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein, zat besi dan serat dengan depresi, namun begitu ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan depresi pada remaja putri (RP 1,52; CI 95% 1,071-2,162; p <0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara anemia dan depresi pada remaja putri di Kota Yogyakarta.
Background: Depression is a mental health problem that often occurs among adolescents. In Yogyakarta Province, prevalence of mental emotional disorder aged 15-24 years was 9.5%. Meanwhile, adolescent depression was the cause of the burden of disease, losses of productivity, increasing the risk of obesity and the incidence of metabolic syndrome in adulthood. Iron is one of nutrients that have an important role in the formation of emotional behavior. Meanwhile, Iron deficiency is a major factor that cause anemia among adolescent girls. In 2012, prevalence of anemia among adolescent girls in Yogyakarta reached 35.2%. Objective: This study aimed to evaluate the relationship between anemia and depression among adolescent girls in Yogyakarta Method: Cross-sectional study with 250 high school students aged 14-18 years in Yogyakarta. Adolescent depression was measured using Adolescent Depression Inventory (IDR), and hemoglobin concentration to determine anemia status. Bivariate data analysis using Chi Square. Result: There was no significant association between anemia (RP 1.7; 95% CI 0.969 to 3.034; p > 0,05), lower levels of physical activity (RP 0.9; 95% CI 0.461 to 1.809; p > 0,05), underweight (RP 0.9; 95% CI 0.313 to 3.121, p > 0,05), and obesity (RP 1.6 95% CI 0.912 to 2.876, p > 0,05) and the incidence of depression in adolescent girls in Yogyakarta. Nutrient intake of protein, iron, and fiber also showed no significant relation (p > 0.05), however there was a relationship between breakfast habits and depression among adolescent girls (RP 1,52; CI 95% 1,071-2,162; p < 0,05). Conclusion: There was no significant relationship between anemia and depression among adolescent girls in Yogyakarta.
Kata Kunci : Anemia, Depresi, Remaja Putri / Anemia, Depression, Adolescent girls