Propaganda Melalui Sandiwara pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Tahun 1942-1945
NIQMAH PALUPI KHASANAH, Stedi Wardoyo, S. S., M. A.
2015 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANGKetika menduduki Indonesia, pemerintah Jepang menganggap media audio-visual merupakan media yang paling efektif untuk menyebarkan pesan propaganda. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, film, sandiwara, dan radio banyak digunakan sebagai media propaganda. Masih kurang berkembangnya sandiwara Indonesia menjadi kesempatan yang baik bagi pemerintah pendudukan Jepang untuk memanfaatkannya sebagai media propaganda. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Jepang memanfaatkan sandiwara sebagai media propagandanya, serta menganalisis reaksi para seniman sandiwara dalam menghadapi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Jepang yang berhubungan dengan sandiwara. Skripsi ini menggunakan metode penulisan sejarah. Langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data lalu membaginya menjadi data primer dan data sekunder. Data utama berupa surat kabar dan juga majalah, yaitu Djawa Baroe dan Soeara Asia. Setelah itu kemudian dilakukan verifikasi untuk mengetahui kredibilitas data yang telah diperoleh. Langkah ketiga adalah interpretasi, dengan menggunakan konsep kekuasaan sebagai alat analisis. Langkah terakhir yakni penulisan sejarah dengan memaparkan data secara kronologis. Dari penelitian ini diketahui bahwa pemerintah Jepang memanfaatkan sandiwara sebagai media propaganda dengan cara memasukkan pesan-pesan propaganda dalam dialog pertunjukan yang diadakan. Jepang juga berusaha mengubah tingkah laku seniman sandiwara agar mau mendukung usaha propaganda pemerintah. Reaksi para seniman sandiwara dengan adanya berbagai macam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pendudukan Jepang terbagi menjadi dua, yakni mendukung dan menolak. Meskipun pemerintah Jepang memiliki kekuasaan, namun mereka tidak dapat sepenuhnya mengontrol sikap dan perilaku seniman sandiwara. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jepang memanfaatkan sandiwara sebagai media propagandanya, tetapi berkat kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah membuat kegiatan sandiwara Indonesia menjadi lebih aktif dan mengalami perkembangan yang pesat.
By the time of Japanese occupation, audio-visual media considered as the most effective media to expand propaganda messages. At that time, movie, theatre, and radio were widely used as a propaganda media. The inadequate development of Indonesian plays provided a virtuous opportunity for the Japanese government to use it as a propaganda media. The aims of this graduating paper is to describe how the Japanese government take advantage of the theatre used as the propaganda media and to analyze the response of theatrical artist towards the Japanese government theatre policy. The first step is collecting the data from relevant sources, then divide it into primary and secondary data. The primary data are taken from Djawa Baroe magazine and Soeara Asia newspaper that were published during Japanese occupation period. The second step is by verification process. This process is to determining the credibility of the data that has been obtained. The third step is the interpretation, by the use of the power concept as an analytical tool. The final step is writing history in chronological order. The result of this research shows that the propaganda messages were camouflaged in the dialogue. Japanese government also tried to change the way of thinking and the behavior of theatrical artists in order to support the government's propaganda efforts. There are two response delivered by the theatrical artist towards the policies; the pro and the cons. Some of them support the government and some reject it. Though the Japanese government has power, but they can’t fully control the attitude and behavior of the theatrical artists. It is true that Japanese government take an advantage of the theatre as a propaganda media, but thanks to the policies made by the government, Indonesian theatrical activities became more active and made a rapid development.
Kata Kunci : Pendudukan Jepang, Propaganda, Sandiwara, Indonesia