Laporkan Masalah

RUANG ALTERNATIF BAGI PROBLEMATIKA NATION DALAM PUISI-PUISI AGAM WISPI PADA ANTOLOGI PUISI EKSIL DI NEGRI ORANG

MUTIA SUKMA, Prof.Dr. Faruk, S.U.

2015 | Tesis | S2 Ilmu Sastra

Penelitian ini menguraikan permasalahan ruang nation di dalam puisi-puisi Agam Wispi yang terkumpul di dalam antologi puisi komunal Di Negri Orang. Agam Wispi, penyair Lekra yang menjadi eksil pasca tumbangnya PKI. Ruang Nation di dalam puisi-puisi Agam Wispi cukup problematik, sebab sebenarnya Indonesia tidak homogen secara natural tetapi masyarakat di dalamnya didorong untuk memandang diri mereka sebagai homogen. Masyarakat Indonesia yang Homogen pada penelitian ini yaitu, masyarakat Indonesia merupakan satu kesatuan yang mengabaikan perbedaan dan konflik antara berbagai kelompok (baik kelompok yang berupa Ras, Etnis, Kelas, Agama, Gender, dll) dalam masyarakat tersebut, walaupun sebenarnya pada kenyataannya masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai kelompok sosial yang bertentangan satu sama lainnya. Teori yang digunakan adalah Nation Pascakolonial dari Sarah Upstone. Ruang Nation menurut Upstone merupakan tempat yang mengikat seseorang untuk memndang dirinya sama, dan menolak heterogenitas. Bagi Upstone karya fiksi pascakolonial dapat dipandang telah mempermasalahkan penggunaan ruang nasional sebagai penanda untuk keterlibatan politis. Pada umumnya, pengarang memandang sebuah bangsa sebagai ruang yang bisa menampung beragam pemikiran. Namun disitulah letak persoalannya, Nation atau sebuah Bangsa, dicipkan untuk memandang diri mereka sama (homogen) sebagaimana yang telah diungkapkan pada bait sebelumnya. Maka Upstone dalam teorinya ingin mengungkap cara pengarang Poskolonial, untuk keluar dari permasalahan tersebut. Untuk mengetahui cara Agam Wispi untuk keluar dari problematika Nation, peneliti membaca delapan puisinya yang mengandung unsur Nation dalam buku antologi komunal Di Negri Orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Nation adalah tempat yang digambarkan mengikat dan memaksa individu di dalamnya untuk berpikir sama. Maka aku lirik di dalam puisi tersebut memilih untuk keluar dari tekanan Ruang Nation dengan cara melakukan Pergeseran Skala, menjadi manusia Eksil. Dia tidak lagi ingin berada di dalam, namun terus-menerus mengidamkan keadaan di dalam. Dalam puisi-puisi Agam Wispi, jalan keluar tersebut menimbulkan permasalahan baru, karena Agam Wispi berada dalam sebuah keambiguan. Seharusnya Agam Wispi yang memiliki ideologi Komunisme, memandang dirinya sebagai Warga Negara Dunia yang memperjuangkan kelas proletar, namun ternyata yang terjadi adalah Agam Wispi terus-menerus memikirkan Indonesia sebagai tempat yang ideal untuk pulang. Karena keterikatnya pada Nation Indonesia, maka dapat diartikan bahwa Agam Wispi tidak bisa terbebas dari Kolonialisme, sebab Nation adalah bentukan Kolonialisme. Keterikatan pada Nation, adalah keterikatan pada Kolonialisme.

This research explaines the problems in Agam Wispis poetries that are collected in communal poetry anthology entitled Di Negeri Orang. Agam Wispi, Poet of Lekra who became exile after PKI disrepair. Nation space in Agam Wispis poetries are quite problematic, because substantively Indonesia is not homogenous naturally but the community is supported to view their own shelves as homogenous. The homogenous Indonesians in this research is Indonesian in unity who ignores the differences and coflicts among various groups (namely race, ethnic, class, religion, gender, etc) in that society, although the society, in fact, Indonesians consits of various social groups which contradict each other. This research applied the concept of Postcolonial Nation by Sara Upstone. Based on Upstone, Nation is a space to limit everyone to view themselves equally, and refuse heteregoneous. Based on Upstones pascacolonial fiction discussed about the use of national space as sign to politic involvement. On the regular basis, the author thinks that a nation is as a space to accomodate various kinds of thoughts. However, the problem is lied on it, nation is created to view itself equally (homogenous) as stated in the previous explanation. In this case, Upstone in her theory wants to reveal the way of poscolonial authors to go out from those problems. To know the way of Agam Wispi to go out from nation problems, the researcher read eight poetries by Agam Wispi which consist of nation in his communal anthology entitled Di Negeri Orang. The eight unity texts were read critically and accurately to find out the ways of Agam Wispi of going out from nation oppression that forces people in it to believe they are subtantively equal. The findings of this research shows that Nation is a palce that is described to band and force indivudu in it to have the same thought. That is why ths lyric in the poetries tends to turn out from preassure of nation space by doing shifting scale, being an individual exile. He no longer wants to be in, but it keeps desiring the internal condition. In Agam Wispis poetryies, the exit find a new problem, because Agam Wispi is in an ambiguity. Agam Wispi with his communism idiology should view himself as world citizen by struggling for proletarian class, but, in fact that he keeps thinking Indonesia as an ideal place to return. Because he is bounded of Indonesian nation, it can be stated that Agam Wispi is not free from colonialism because nation is a creation of kolonialism. Commitment on the nation is commitment on colonialism.

Kata Kunci : Kata Kunci: Kolonial, Pascakolonial, Nation, Ruang Alternatif, Post-Space, dan Shifting Scale, Key Words: Colonial, Postcolonial, Nation, Alternative Space, and Shifting Scale

  1. S2-2015-338604-abstract.pdf  
  2. S2-2015-338604-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-338604-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-338604-title.pdf