"Rejang Kuningan di Kecamatan Abang
I NENGAH MARIASA, DRS. M.HUM., Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc (Promotor); Prof. Dr. R.M. Soedarsono (Ko-Promotor); Prof. Dr. I Wayan Dibia, S.S.T., M.A. (Ko-Promotor)
2015 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaINTISARI Tari rejang selalu disajikan dalam ritual Kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Mengapa kehadiran rejang kuningan sangat dibutuhkan? Bagaimana bentuk, fungsi, dan makna rejang kuningan di Kecamatan Abang? Pendekatan etnokoreologi digunakan untuk mengkaji masalah itu. Jenis penelitian ini adalah kualitatif-sinkronik, dengan menggunakan teori dari seni pertunjukan, agama, dan semiotika. Ada sepuluh macam rejang kuningan dari dua puluh désa adat yang ada di Kecamatan Abang. Rejang itu ada di Désa Pekraman Tista, Tiyingtali, Purwayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis, Tauka, dan Ababi. Ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang kuningan di Kecamatan Abang adalah keseluruhan penyajian bentuk rejang yang terkait dengan fungsi dan makna. Ciri-ciri itu melibatkan seluruh komponen yang saling mendukung yaitu gabungan dari ciri-ciri bentuk tari dan pendukung tari rejang. Rejang kuningan tidak hanya sebagai pertunjukan semata tetapi merupakan aktivitas ritual tanpa pamrih dari masyarakat. Simpulan fungsi yang diperoleh adalah rejang berfungsi sebagai persembahan suci, sebagai sebuah bentuk penampilan, dan sebagai media komunikasi. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut di atas dapat direfleksikan bahwa fungsi tari sebagai yadña adalah untuk dipersembahkan; tari sebagai bentuk penampilan adalah untuk ditonton atau dinikmati; dan tari sebagai media adalah untuk mewadahi ide. Penampilan rejang merupakan kegiatan pertunjukan simbolis untuk menciptakan anugerah kebijaksanaan yang selamat, jaya, dan sejahtera dari Déwa Brahma, Déwa Wisnu, dan Déwa Siwa. Makna rejang sebagai bentuk penampilan merupakan cerminan dari ciri-ciri bentuk budaya masyarakat yang ada pada masing-masing daerah di Kecamatan Abang, sedangkan makna dari aktivitasnya adalah yadña. Bentuk, fungsi, dan makna itu merupakan satu kesatuan ide, aktivitas, dan hasil karya masyarakat Abang yang mengandung nilai-nilai yang sangat tinggi. Semua itu tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu kehadiran tari rejang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Abang pada hari suci Kuningan.
ABSTRACT Rejangs always performed in rituals Kuningan in Abang District of Karangasem Regency. Why the kuningan rejangs presence is needed? How the form, function, and the meaning of kuningan rejangs in District of Abang? Etnokoreologi approach used to study the problem. This research is qualitative-synchronic, by using the theory of performing arts, religion, and semiotics. There were ten kuningan rejangs of the twenty indigenous villages in the District of Abang. Rejangs were in the village of Tista, Tiyingtali, Purwayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis, Tauka, and Ababi. The characteristics of the form the kuningan rejang performances in the District of Abang is the whole presentation of the rejang forms associated with the unction and meaning. These characteristics involves all components that support each other which is a combination of the characteristics of dance forms and rejang dance amplifier. Kuningan rejangs not only as a mere show but also selfless ritual activity of the community. Conclusions function obtained was the rejangs serves as a sacred offering, as a form of appearance, and as a medium of communication. Based on the functions mentioned above can be reflected that the function of dance as yadña was to be offered; the dance as a form of appearance was to be watched or enjoyed; and the dance as a medium was to embody the idea. Rejang performances are a symbolic show of activities to create the grace of wisdom, salvation, glorious, and prosperous of Lord Brahma, Lord Wisnu and Lord Siwa. Meaning of rejangs as a form of appearance is a reflection of the characteristics of cultural forms that exist in each region in the District of Abang, while the meaning of the activity is yadña. The form, function, and the meaning is a unity of ideas, activities, and the result of arable of the Abang society that contains high philosofical values. They can not be separated, therefore, its presence is needed by Abang society on the holy day Kuningan.
Kata Kunci : rejang kuningan, Abang, Saniscara Kliwon, yadña