Konstruksi Tubuh dalam Antologi Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung karya Joko Pinurbo
DWI RAHARIYOSO, Prof. Dr. Faruk, S.U
2015 | Tesis | S2 Ilmu SastraPenelitian ini menguraikan konstruksi tubuh dalam antologi puisi Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung karya Joko Pinurbo dengan menggunakan kerangka tubuh pascakolonial dari Upstone. Tubuh dilihat sebagai satu situs terbesar kolonisasi, yang mampu memfasilitasi untuk menemukan resistensi-resistensi yang paling kuat terhadap kolonisasi. Teks poskolonial menurut Upstone bertujuan untuk mengkonfigurasikan ulang (secara magis dalam konteks karya-karya tersebut) signifikansi dan pembebanan terhadap tubuh sebuah citra kolonial dan budaya patriarki yang terkandung di dalamnya. Upstone merumuskan bahwa tubuh dalam dua konsep, yaitu metaforis dan metonimis. Tubuh metaforis adalah tubuh (perumpamaan) dalam konstruksi kolonial yang bisa dibagi-bagi seperti halnya kota/negara, sedangkan tubuh metonomis adalah tubuh sebagai bagian yang berkesinambungan dan tidak memungkinkan mengalami keterbagian atau hubungan-hubungan hierarkis. Dalam tubuh metonimis inilah kemungkinan chaos dan ambiguitas muncul, sehingga menjadi sebuah resistensi terhadap wacana kolonisasi. Upstone dengan demikian hendak melihat pengarang dengan karyanya yang menunjukkan tubuh sebagai metafora dan sebagai metonimi, atau bahkan mengacaukannya. Untuk mengetahui konstruksi tubuh yang ada dalam antologi Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung, peneliti menggunakan metode analisis dekonstruksi. Satuansatuan teks dibaca berulang dengan cermat dan teliti dalam rangka menemukan bagaimana konstruksi hadir dalam diskursusnya dengan yang di luar tubuh (roh). Metode dekonstruksi tersebut melihat posisi tubuh sebagai ruang membangun kemungkinan hierarkis dengan roh, dimana segala bentuk konstruksi tubuh hanya menjadi metafor bagi hadirnya roh (Illahiah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tubuh mengalami ketergantungan kepada roh sebagai yang ideal. Tubuh secara hierarkis berada dalam posisi inferior dan dihancurkan/dinihilkan ketika diarahkan kepada roh sebagai yang ideal. Konstruksi tubuh dalam diskursusnya dengan roh, belum secara ontologis dipahami secara utuh, melainkan hanya sebagai medium untuk menuju yang rohaniah. Diskursus tersebut pada akhirnya dihubungkan dengan modernisme dan posmodernisme, di mana tubuh sebagai cara pandang baru dalam posmodernisme belum benar-benar dilakukan oleh Joko Pinurbo dalam puisi-puisinya. Tubuh hanya menjadi objek dari roh, sebagaimana gagasan modernisme.
This study breaks down the construction of the body in a poetry anthology entitled Sarung and Di Bawah Kibaran Sarung by Joko Pinurbo using postcolonial frame of body proposed by Upstone. Body is seen as the largest sites of colonization, which is able to facilitate the finding of of the most powerful resistances against colonization. Postcolonial texts, according Upstone, aims to re-configure (magically in the context of such works) the significance and the imposition of colonial body and patriarchal culture contained therein. Upstone formulated body in two concepts, metaphorical and metonymic. Metaphorical body is the body (metaphor) in the colonial construction that can be divided into parts as well as city/state, while metonymic body is the body as a continuous part and impossible to be fragmented or put into hierarchical relationships. It is in this metonymic body that chaos and ambiguity is possible to arise, thus becoming a discourse of resistance to colonization. Upstone therefore wanted to see the author with a work that shows the body as a metaphor and metonymy, or even screw it up. In order to determine the existing body construction in the anthology Celana and Di Bawah Kibaran Sarung, the researcher used deconstruction as the method of analysis. Units of the text are read over carefully and thoroughly in order to find out the construction presented in the discourse relating to something outside of the body (spirit). The deconstruction method sees the position of body as a space to build hierarchical possibility with the spirit, in which all forms of construction of the body only becomes a metaphor for the presence of spirits (Divine). The results of this study indicated that body has a dependency to the spirit as the ideal. Body, hierarchically, is in an inferior position and destroyed or severely erased when directed to the spirit as the ideal. Body in its discourse within spirit, is not fully understood yet ontologically but only as a medium to the spiritual. The discourse is ultimately associated with modernism and postmodernism, in which body as a new approach to postmodernism has not really shown by Joko Pinurbo in his poems. Body is only the object of the spirit, as the idea of modernism.
Kata Kunci : kolonial, pascakolonial, dekonstruksi, hierarki, tubuh, roh, diskursus, modernisme, dan posmodernisme