Wanda Tokoh Gathotkaca dalam Naskah Kasantikaning Raga. Kajian Bentuk, Makna, dan Naratif Pakem Pancakaki
R Bima Slamet Raharja, Dr. Sindung Tjahyadi, M.Hum (;) Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc.
2025 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
Penelitian ini membahas mengenai kemunculan wanda atau karakteristik figur tokoh Gathotkaca dalam manuskrip Kasantikaning Raga. Karakteristik ini ditampilkan berupa tekstual dan ilustrasi adegan pada enam buah lakon yang diungkapkan secara visual melalui gaya gambar wayang kulit purwa gaya Yogyakarta. Hubungan antara tekstual dan visual menjadi muatan pokok untuk dibahas dengan sejumlah pendekatan, yaitu ikonografi wayang yang membicarakan mengenai figur tokoh Gathotkaca, multimodalitas yang membicarakan komposisi gambar disusun dengan menghadirkan beberapa moda tertentu, dan kajian intertekstualitas yang menghubungkan penciptaan karakter dihadirkan baik secara naratif maupun ideologi yang ingin diungkapkan.
Citra yang menghadirkan bentuk dasar wanda Gathotkaca yang berada di dalam naratif lakon seperti Kilat, Thathit, Gelap, Lawung, Béndhot, dan Lindhu mengacu pada artefak wayang Gathotkaca dalam gaya Yogyakarta yang diresepsi dan diolah kembali dengan penghayatan, kemandirian, dan kreativitas pujangga lakon beserta ilustratornya. Hal ini menghasilkan interpretasi dan pemaknaan baru terhadap wanda figur tokoh Gathotkaca melalui tampilan ilustratif serta dari komposisi pengadeganan menurut sisi tekstual yang dihadirkan secara bersamaan. Di samping itu, istilah wanda Gathotkaca yang berkaitan dengan penaklukan sebagian fenomena alam terutama dari angkasa (gelap, kilat, thathit, dan kluwung) dan bumi (lindhu) pada teks lakon Kasantikaning Raga mempunyai keterkaitan dengan konsep kesuburan tanah dipandang melalui aspek ideologi tekstualnya serta aspek mitologis yang tidak diduga sebelumnya dalam lakon pedalangan yang lain tentang Gathotkaca, terutama berkaitan dengan eksistensi dewa Indra.
Pujangga lakon dan ilustrator berupaya untuk menghadirkan interpretasi baru mengenai figur tokoh Gathotkaca dengan adaptasi dan resepsi yang cerdas yang berasal dari lingkungan sosial budaya para seniman pedalangan tradisi kerakyatan baik secara tekstual maupun visual dengan naungan otoritas leluhurnya, yaitu Pakem Pancakaki itu sendiri.
This research discusses the characteristics of the figure of Gathotkaca in the Kasantikaning Raga manuscript. These characteristics are displayed in the form of textual and scene illustrations in six plays that are expressed visually through the drawing style of wayang kulit purwa Yogyakarta style. The relationship between textual and visual becomes the main content to be discussed with several approaches, namely wayang iconography that talks about the figure of Gathotkaca, multimodality that talks about the composition of images arranged by presenting several specific modes, and intertextuality studies that connect the creation of characters presented both narratively and ideologically to be expressed.
The images that present the basic forms of Gathotkaca's wanda in the narrative of the play, such as Kilat, Thathit, Gelap, Lawung, Béndhot, and Lindhu refer to Yogyakarta-style Gathotkaca puppet artefacts that are perceived and reprocessed with the appreciation, independence, and creativity of the playwright and illustrator. This results in a new interpretation and meaning of the wanda figure of Gathotkaca through the illustrative display as well as from the composition of the scene according to the textual side that is presented simultaneously. In addition, the term wanda Gathotkaca related to the conquest of some natural phenomena, especially from the sky (gelap, kilat, thathit, and kluwung) and the earth (lindhu) in the text of the Kasantikaning Raga has relevance to the concept of soil fertility seen through the aspect of textual ideology as well as mythological aspects that were not expected before in other puppetry lakons about Gathotkaca, especially related to the existence of the god Indra.
The actors and illustrators attempt to present a new interpretation of the figure of Gathotkaca with clever adaptations and receptions derived from the socio-cultural environment of the popular traditional puppetry artists both textually and visually, under the auspices of its ancestral authority, namely Pakem Pancakaki itself.
Kata Kunci : Kasantikaning Raga, Gathotkaca, wanda, multimodalitas, ikonografi, ideologi, tekstual, dan visual. Kasantikaning Raga, Gathotkaca, wanda, multimodality, iconography, ideology, textual and visual.