Mendisiplinkan Keintiman: Produksi Pengetahuan Mengenai Hubungan Romantis dan Pernikahan dalam Komunitas Tionghoa Peranakan 1930an-1940an di Jawa
Venessa Theonia, Dr. Sri Margana, M.Phil.
2025 | Skripsi | ILMU SEJARAH
Kajian feminis telah banyak membahas keterkaitan antara merebaknya nasionalisme Cina pada awal abad ke-20 dan obsesi masyarakat terhadap "kesucian" perempuan. Sebagian besar penelitian berfokus pada diskriminasi patrilineal-patriarki Konfusian terhadap perempuan Tionghoa. Namun, tulisan ini menelaah bagaimana patrilini-patriarki Konfusian—beserta interseksinya dengan posisi masyarakat Tionghoa sebagai kelompok terjajah—membentuk gagasan tentang keluarga ideal. Gagasan ini muncul sebagai respons untuk mendisiplinkan, tetapi juga ditantang oleh, subjek-subjek yang dianggap gagal, seperti laki-laki Tionghoa kelas menengah ke bawah, ‘gadis modern’, dan kaum muda yang merasa jengah dengan tanggung jawab dalam berkeluarga. Meskipun muncul kritik terhadap arus konservatisme, norma-norma yang mengakar kuat tetap menuntut mereka untuk menyesuaikan diri, sehingga berbagai kontradiksi pun muncul.
Feminist scholarship has extensively examined the connection between the rise of Chinese nationalism in the early 20th century and societal fixation on women's "purity." Most studies focus on the Confucian patrilineal-patriarchal discrimination against Chinese women. This paper, however, explores how Confucian patrilineal-patriarchy—intersecting with the Chinese community’s position as a colonized group—shaped the ideal family model. This ideal was both a response to and contested by marginalized subjects, including lower-middle-class Chinese men, ‘modern girls’, and youth disillusioned with familial obligations. While critiques of conservative currents emerged, deeply entrenched norms continued to impose rigid expectations, resulting in complex contradictions.
Kata Kunci : Pernikahan, Roemah Tangga, Nasionalisme Cina, Konfusianisme, Tionghoa