How Cities Co-Create Their Brands: Exploring City Branding in Rotterdam and Jakarta
Christine Irene Jovita, Dr. Erda Rindrasih, S.Si., M.U.R.P
2025 | Skripsi | ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)
Studi ini menyelidiki bagaimana proses co-creation terjadi dalam city branding melalui keterlibatan pemangku kepentingan internal, dengan fokus pada kota Rotterdam dan Jakarta. Penelitian ini mengkaji bagaimana konteks politik dan institusional yang berbeda memengaruhi keberlanjutan upaya branding dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini didasarkan pada wawancara semi-terstruktur dengan informan kunci dari tim branding masing-masing kota, yang didukung oleh analisis dokumen dan tinjauan literatur yang relevan. Sebuah kerangka analisis dengan sepuluh poin dikembangkan untuk membandingkan proses branding di kedua kota.
Di Jakarta, sifat politis dari brand Plus Jakarta, yang erat kaitannya dengan Gubernur Anies Baswedan, mengakibatkan penurunan keberlanjutannya setelah terjadi pergantian kepemimpinan. Sebaliknya, brand Make it Happen milik Rotterdam menunjukkan kemampuan beradaptasi melalui co-creation dan kepemilikan bersama. Temuan penelitian ini menekankan bahwa kepemimpinan politik, kepemilikan bersama, dan keberadaan institusi yang netral secara politik merupakan kunci untuk menjaga keberlanjutan city branding. Co-creation ditunjukkan sebagai proses yang dinamis dan iteratif yang penting untuk membangun legitimasi dan kepercayaan publik.
This study investigates how co-creation unfolds in the city branding process through the involvement of internal stakeholders, with a focus on the cities of Rotterdam and Jakarta. It examines how different political and institutional contexts influence the sustainability of branding efforts over time. Adopting a qualitative approach, the research draws on semi-structured interviews with key informants from each city's branding team, supported by document analysis and a review of relevant literature review. A ten-point analytical framework was developed to compare the branding processes. In Jakarta, the politicized nature of the Plus Jakarta brand, closely tied to Governor Anies Baswedan, resulted in its decline following a leadership transition. In contrast, Rotterdam's Make it Happen brand demonstrates adaptability through co-creation and shared ownership. Findings emphasize that political leadership, shared ownership, and existence of politically neutral institutions are key to sustaining city branding. Co-creation is revealed as a dynamic and iterative process essential for building legitimacy and public trust. The study proposes policy recommendations, including integrating branding into urban development plans and establishment of a neutral branding institution. These insights contribute to the growing literature on city branding and co-creation.
Kata Kunci : City branding, Co-Creation, Urban Governance, Stakeholders Participation, Political Leadership, Jakarta, Rotterdam