Tota Timui: Pergelaran untuk Keselarasan
Thalita Nur Fadillah Ahnul Lukman, Dr. Samsul Maarif, M.A. ; Dr. Eli Irawati, S. Sn., M.A.
2025 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
Tota Timui merupakan salah satu ritual pembersihan masyarakat suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur yang berasal dari agama Kaharingan. Dalam penelitian ini, Tota Timui dilihat menggunakan perspektif pergelaran. Tota Timui dilaksanakan bertepatan dengan proses kehidupan manusia pada umumnya, yaitu pada saat ada kelahiran, sebelum pernikahan dan setelah kematian. Selain sebagai inisiasi proses kehidupan, ritual ini juga merupakan sebuah cara masyarakat untuk memperingati salah satu momen dalam kehidupan mereka, yaitu kematian. Namun, sebelum pelaksanaan ritual Tota Timui terdapat rangkaian pelaksanaan ritual kematian dari agama Katolik sebagai ritual pembuka sebelum pemakaman Aurel. Hadirnya ritual kematian dari agama Katolik dan ritual Kaharingan dalam satu waktu membuat seluruh rangkaian ini menjadi menarik untuk dikaji.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan observasi langsung di tempat pelaksanaan Tota Timui yaitu di Desa Tanjung Isuy Kutai Barat Kalimantan Timur. Untuk menganalisis rumusan masalah, penulis menggunakan teori dari Richard Schechner dan Victor Turner. Hasil penelitian mengungkapkan bahwasanya kedua ritual tersebut saling memiliki perannya masing-masing, namun keduanya memberikan makna sebagai kesatuan yang saling memberi kebermanfaatan baik bagi individual dan keberlangsungan komunitas. Selain itu, berbagai macam pengalaman yang didapat oleh seluruh partisipan dari Tota Timui memberikan pesan, simbol dan makna. Melalui pelaksanaan Tota Timui, fungsi pergelaran sebagai upaya untuk memperoleh kebaikan sebanyak-banyaknya agar dapat mencapai keselarasan antar seluruh makhluk.
Tota Timui is one of the cleansing rituals of the Dayak Benuaq tribe in East Borneo which originates from the Kaharingan religion. In this research, Tota Timui is seen from the perspective of performance. Tota Timui is performed to coincide with the process of human life in general, namely at the time of birth, before marriage and after death. Apart from being an initiation of the life process, this ritual is also a way for people to commemorate one of the moments in their lives, namely death. However, before the implementation of the Tota Timui ritual, there was a series of death rituals from the Catholic religion as an opening ritual before Aurel's funeral. The presence of Catholic death rituals and Kaharingan rituals at the same time makes this whole series interesting to study.
This research uses a qualitative method by making direct observations at the Tota Timui implementation site, namely in Tanjung Isuy Village, West Kutai, East Borneo. To analyze the formulation of the problem, the author uses the theory of Richard Schechner and Victor Turner. The results of the study reveal that the two rituals have their respective roles, but both provide meaning as a unity that provides mutual benefits for both individuals and the sustainability of the community. In addition, the various kinds of experiences gained by all participants from Tota Timui provide messages, symbols and meanings. Through the implementation of Tota Timui, the performance functions as an effort to gain as much goodness as possible in order to achieve harmony between all beings.
Kata Kunci : Tota Timui, Pergelaran, Dayak Benuaq, Kalimantan Timur.