Laporkan Masalah

Patronase dan Nepotisme Pada Pengelolaan Pariwisata: Studi Pada BUM Desa Mitra Mandiri di Desa Wisata Bira Tengah Kabupaten Sampang

Hidayatullah Arrozi, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M. Phil; Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A., Ph. D

2025 | Tesis | S2 Magister Kajian Pariwisata

INTISARI


Perkembangan pariwisata di desa tidak hanya sebagai saluran kesejahteraan, tetapi juga dimanfaatkan oleh elit desa untuk mempertahankan kekuasaannya. Seperti yang terjadi di Desa Wisata Bira Tengah Kabupaten Sampang. Kepala desa memiliki pengaruh yang kuat dalam pengelolaan pariwisata melalui Badan Usaha Milik (BUM) Desa Mitra Mandiri dengan menguatkan jejaring klien dan menempatkan kerabat pada jabatan strategis. Di saat yang bersamaan, perkembangan desa wisata ini mengalami kemajuan yang terdorong karena adanya relasi sosial dengan pemangku kepentingan pariwisata lokal. 

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pola patronase dan nepotisme pada pengelolaan pariwisata Desa Wisata Bira Tengah Kabupaten Sampang; (2) menganalisis pola relasi sosial antara pengelola dengan pemangku kepentingan pariwisata; dan (3) menganalisis dampak relasi patronase dan nepotisme pada pengelolaan pariwisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengambilan subyek penelitian dengan purposive sampling. Penelitiaan ini menerapkan pendekatan etnografi Spradley sebagai metode analisis data. 

Hasil penelitian ini menemukan patronase terjadi antara kepala desa dan direktur BUM Desa sebagai patron dengan pegawai BUM Desa sebagai kliennya. Patron menggunakan BUM Desa sebagai sumber daya untuk memberikan bantuan kepada klien dengan memberikan akses bekerja di sektor pariwisata dan memberi perlindungan. Klien membalasnya dengan mendukung patron saat konflik dan mendukung kepentingan politik patron. Kepala desa menempatkan kerabat intinya pada jabatan direktur BUM Desa, ketua unit pariwisata, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), beserta sekretaris  dan bendahara. Perkembangan positif desa wisata ini tidak lepas dari relasi antar aktor pemangku kepentingan yakni kepala bidang destinasi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Sampang, koordinator pendamping pariwisata, direktur BUM Desa, dan ketua Pokdarwis. Patronase dan nepotisme memunculkan dampak negatif yakni lemahnya akuntabilitas dan transparansi, kurangnya inisiatif dari pegawai, dan eksklusivitas. Dampak positif yang muncul adalah terciptanya soliditas antar pengelola desa wisata.

ABSTRACT

 

Tourism development in villages can bring wealth. But rural elites use it to keep their power. This is the case in Desa Wisata Bira Tengah, Sampang Regency. The headman has strong influence in tourism at a village-owned enterprise (VOE). He does this by empowering his clients and placing his core kin in key positions. Meanwhile, this rural tourism has progressed through social ties with local stakeholders.

This study aims to: (1) analyze patronage and nepotism in tourism management at Desa Wisata Bira Tengah, Sampang Regency; (2) examine the social relations between managers and tourism stakeholders; and (3) assess the impact of patronage and nepotism on tourism management. This study uses a qualitative approach. It collects data via literature studies, interviews, observations, and documents. The technique for selecting research subjects is purposive sampling. This study applies Spradley's ethnographic approach as a data analysis method.

The study found that patronage occurred between the headman and the VOE director as patrons, with the employees as clients. Patrons use their authority on VOE to help clients. They provide access to work in tourism and to protection. Clients repay by backing the patron in conflicts and politics. The headman places his core kin in these roles: director VOE, head of the tourism unit, head of the Tourism Awareness Group (Pokdarwis), and secretary and treasurer. The positive developments are due to good relations among stakeholders. They are the head of the Destination Division of the Youth, Culture, and Tourism Department (Disporabudpar) Sampang, the tourism assistant coordinator, the VOE director, and the head of Pokdarwis. Patronage and nepotism have downsides. They weaken accountability and transparency, reduce employee initiative, and create exclusivity. The positive impact that has emerged is to make the team solid.


Kata Kunci : Patronase, nepotisme, pengelolaan pariwisata, pemangku kepentingan

  1. S2-2025-500850-abstract.pdf  
  2. S2-2025-500850-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-500850-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-500850-title.pdf