Konstruksi Budaya Nongkrong pada Malam Minggu Sebagai Penunjuk Eksistensi dan Pola Konsumsi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Rizqian Syah Ultsani, Elok Santi Jesica, S.Pd., M.A.
2025 | Skripsi | Sosiologi
Fenomena budaya komunal di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda, telah melahirkan kebiasaan berkumpul dan bersosialisasi. Malam Minggu, sebagai waktu rekreasi yang telah dibangun secara historis, menjadi momen penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mengekspresikan diri dan berinteraksi sosial. Salah satunya adalah dengan melakukan nongkrong yang merupakan kebiasaan yang dianggap penting bagi anak muda khususnya mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, pemaknaan nongkrong berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi dan gaya hdup. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menggambarkan perilaku konsumsi mahasiswa Unversitas Gadjah Mada dalam mengkonstruksi budaya nongkrong di malam Minggu sebagai penunjuk eksistensi mereka dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Melalui teori masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard dan budaya konumen Mike Featherstone penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya nongkrong di malam Minggu merupakan kebutuhan sebagai sarana pengakuan eksistensi mahasiswa Universitas Gadjah Mada, di mana perilaku nongkrong di malam Minggu memiliki perbedaan dengan nongkrong di hari lain yang pemaknaannya bergeser dari sekedar berkumpul menjadi aktivitas konsumsi. Melalui partisipasi dalam tren dan konsumsi nilai-nilai yang ada, mahasiswa tidak hanya memenuhi kebutuhan sosial, tetapi juga membentuk gaya hidup yang mencerminkan identitas mereka sebagai anak muda di era modern. Nongkrong tidak hanya berfungsi sebagai sarana rekreasi, tetapi juga sebagai tren yang mencerminkan eksistensi diri, terutama melalui media sosial. Mahasiswa cenderung memilih coffee shop dan kafe sebagai tempat nongkrong, dengan membeli makanan dan minuman khususnya kopi. Selain mengkonsumsi secara fisik, mahasiswa juga mengkonsusmi nilai-nilai seperti pengalaman, identitas, dan tren yang terkait dengan kegiatan nongkrong.
The phenomenon of communal culture in Indonesia, particularly among young people, has given rise to habits of gathering and socializing. Saturday night, as a historically established recreational time, has become an important moment for many Indonesians to express themselves and engage in social interactions. One of these habits is hanging out which is considered significant for young people, especially students. Over time, the meaning of hangout has evolved in line with technological and lifestyle changes. Therefore, this research aims to describe the consumption behavior of Gadjah Mada University students in constructing the culture of "nongkrong" of Saturday night as an indicator of their existence, using a descriptive qualitative approach. Through the consumption society theory of Jean Baudrillard an consumer culture of Mike Featherstone, this study concludes that the culture of hangout on Saturday nights serve as a necessity for recognition of the existence of Gadjah Mada University students, where the behavior of hangout on Saturday nights is different from hangout on other days where the meaning shifts from just gathering to consumption activities. By participating in trends and consuming existing values, student not only fulfill social need but also shape a lifestyle that reflects their identity as young people in the modern era. Hangout functions not only as a recreational activity but also as a trend that reflects self-existence, especially through social media. Students tend to choose coffee shops and cafes as their gathering places, purchasing food and drinks, particularly coffee. In addition to physical consumption, students also consume value such as experience, identity, and trends associated with the activity of hangout.
Kata Kunci : Budaya, Nongkrong, Malam Minggu, Eksistensi, Pola Konsumsi