Pameran Seni “Mengingat 25 Tahun Reformasi” oleh Cemeti — Institut untuk Seni dan Masyarakat Ditinjau dari Perspektif Pragmatisme Postmodern

Danielle Kevins, Dr. Sindung Tjahyadi, M.Hum.; Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D.

2025 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Penelitian ini adalah penelitian Estetika dan Filsafat Politik (Estetika Politik). Penelitian ini menjelaskan pengejawantahan nilai estetika politik yang dikandung pameran seni “Mengingat 25 Tahun Reformasi” (M25TR) tahun 2023 oleh Cemeti — Institut untuk Seni dan Masyarakat, Yogyakarta sebagai sebuah peringatan bagi peristiwa reformasi, melalui deskripsi dari esensi pameran serta latar belakang karya-karya pameran. Data berupa deskripsi esensi pameran dan latar belakang karya seni pameran kemudian dianalisis menggunakan teori estetika politik Richard Shusterman bernama pragmatisme postmodern yang juga memuat diskursus somaestetika.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif bermodel penelitian tentang masalah aktual. Objek material adalah pameran “M25TR”. Objek material dianalisis menggunakan teori pragmatisme postmodern. Hasil analisis diurutkan menjadi 4 subbab, yakni: pemetaan dimensi nilai estetika politik pada pelaksanaan dan karya pameran, elaborasi perspektif pragmatisme postmodern dalam karya non-imersif, elaborasi diskursus somaestetika dalam karya imersif, dan langkah aktivasi pameran.

Penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Teori pragmatisme postmodern menyeimbangkan kepentingan pengalaman estetika sebagai nilai instrumental dan nilai penyempurnaan moral; 2. Pameran "M25TR" berfokus pada tema peringatan reformasi dalam keberagaman bentuknya di ranah domestik sebagai sebentuk rekonsiliasi untuk tidak mengulang peristiwa yang sama, dan melibatkan 12 seniman dengan karya 2 dimensi maupun 3 dimensi; 3. Analisis pragmatisme postmodern terhadap pelaksanaan dan karya seni pameran memetakan 4 nilai estetika politik yang adalah perlawanan terhadap hegemoni, advokasi dan pemulihan HAM etis berkeadilan, nasionalisme melampaui SARA, diversitas respon elemen masyarakat terhadap reformasi berskala nasional. 4 nilai estetika politik pameran dicerminkan oleh karyanya yang dibagi ke 2 domain: pragmatisme postmodern dalam karya non-imersif, dan diskursus somaestetika dalam karya imersif.

This research is a study of Aesthetics and Political Philosophy (Political Aesthetics). This research explains the embodiment of political aesthetics values contained in the art exhibition “Remembering 25 Years of Reformation” (M25TR) in 2023 by Cemeti - Institute for Art and Society, Yogyakarta as a commemoration of the events of reformation, through a description of the essence of the exhibition and the background of the exhibition works. The data in the form of a description of the essence of the exhibition and the background of the exhibition artworks are then analyzed using Richard Shusterman's theory of political aesthetics called postmodern pragmatism which also contains somaesthetic discourse.

This research is a qualitative-descriptive research modeled research on actual problems. The material object is the “M25TR” exhibition. The material object is analyzed using the theory of postmodern pragmatism. The results of the analysis are sorted into 4 subchapters, namely: mapping the dimensions of political aesthetic value in the implementation and works of the exhibition, elaboration of postmodern pragmatism perspectives in non-immersive works, elaboration of somaesthetic discourse in immersive works, and exhibition activation steps.

The research concludes that: 1. The theory of postmodern pragmatism balances the importance of aesthetic experience as an instrumental value and the value of moral refinement; 2. The exhibition “M25TR” focuses on the theme of reformation commemoration in its various forms in the domestic realm as a form of reconciliation to not repeat the same events, and involves 12 artists with 2-dimensional and 3-dimensional works; 3. The analysis of postmodern pragmatism towards the implementation and artworks of the exhibition maps 4 political aesthetic values which are resistance to hegemony, advocacy and restoration of ethical human rights with justice, nationalism beyond ethnicity, religion, race and inter-group relations, diversity of responses from elements of society towards national-scale reformation. The 4 political aesthetic values of the exhibition are reflected by the artworks which are divided into 2 domains: postmodern pragmatism in non-immersive works, and somaesthetic discourse in immersive works.

Kata Kunci : Pameran Seni, Mengingat 25 Tahun Reformasi, Estetika Politik, Pragmatisme Postmodern, Somaestetika