Laporkan Masalah

Studi Fenomenologi Budaya Organisasi Militer pada Kasus Penganiayaan/Pemukulan oleh Prajurit TNI AD (Kasus Prajurit Batalyon Arhanud 9/Awj)

Nazar Roikhansyah Arif, Ario Wicaksono, M.Si, Ph.D

2024 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai organisasi militer yang mengemban tugas mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI) memiliki nilai-nilai yang mendasar serta dianut dalam budaya organisasi TNI. TNI sebagai suatu organisasi yang sangat formal, memiliki struktur organisasi yang sangat kompleks dan melibatkan banyak sumber daya manusia yang dibagi menjadi dua strata utama yaitu perwira dan jajaran prajurit. Kepemimpinan dalam tubuh TNI menjadi salah satu bagian dalam keberhasilan organisasi TNI. Tindakan kekerasan dari seseorang kepada orang lain dengan motif apapun tergolong sebagai perilaku menyimpang. Penganiayaan atau kekerasan adalah tindak pidana, dimana setiap tindak kekerasan tidak berdiri sendiri atau berdampak ganda. Fenomena penganiayaan atau kekerasan beberapa kali dilakukan prajurit TNI salah satunya di Batalyon Yonarhanud 9/AWJ Kupang. Apabila dihubungkan dengan budaya organiasi TNI maka penganiayaan/kekerasan merupakan tindakan menyimpang jika dilihat nilai nilai budaya TNI serta  yang dipedomani sangat bertentangan dengan hal tersebut. Penelitian dilaksanakan melalui metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dokumen dan triangulasi. Partisipan total sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 orang prajurit Batalyon Yonarhanud 9/AWJ yang melakukan tindakan penganiayaan/pemukulan dan 1 orang prajurit korban serta 4 orang unsur pimpinan. Penelitian ini bertujuan mencari penyebab mengapa terjadinya kasus penganiayaan/ pemukulan khususnya di Batalyon ditengah budaya militer yang telah tegas secara tertulis maupun tidak melarang perilaku tersebut.Hasil penelitian menunjukkan faktor internal berupa watak individu dan  berupa pengalaman pelaku yang pernah menerima tindakan kekerasan dari senior saat di Batalyon dan oleh pelatih di Pendidikan telah membentuk pola perilaku yang sama, sehingga mereka melakukan tindak kekerasan terhadap junior. Perbuatan kekerasan ini terus berlanjut karena tidak ada arahan dari pimpinan dan dapat menjadi budaya organisasi yang sulit dihilangkan. Proses pengisian personel di Batalyon Arhanud 9/AWJ dipenuhi dari berbagai satuan Arhanud dari seluruh Indonesia, namun adanya sub culture negatif yang dibawa dari satuan asal menyebabkan penyimpangan perilaku prajurit dimana merupakan faktor eksternal. Pimpinan Batalyon Arhanud 9/AJW telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi kasus pemukulan/penganiayaan, seperti memberikan penyuluhan terkait kekerasan, melakukan pengawasan khusus, membentuk tim-tim olahraga, memperbanyak interaksi dengan anggota, dan memelihara kesejahteraan moril anggota. Semua upaya ini bertujuan mengalihkan fokus anggota TNI dari tindakan kekerasan ke kegiatan yang lebih positif. Penelitian ini diharapkan dapat lebih memahami fenomena tindak kekerasan dalam prajurit TNI AD sehingga dapat memberikan kontribusi kepada Pimpinan Angkatan Darat dalam mengambil kebijakan sehingga kejadian tidak terulang.

The Indonesian National Armed Forces (TNI), as a military organization tasked with defending the sovereignty of the Republic of Indonesia (NKRI), upholds fundamental values within its organizational culture. As a highly formal organization, TNI has a very complex organizational structure involving numerous human resources, divided into two main strata: officers and enlisted personnel. Leadership within TNI plays a key role in the organization's success. Any act of violence by one person against another, regardless of motive, is considered deviant behavior. Abuse or violence constitutes a criminal act, where any act of violence does not stand alone or may have multiple impacts. Instances of abuse or violence have occurred several times within TNI, one such case being at Battalion Yonarhanud 9/AWJ Kupang. When linked to TNI's organizational culture, abuse or violence is considered deviant behavior, as it contradicts the cultural values that TNI upholds. This study was conducted using a qualitative method with a phenomenological approach. Data collection methods included interviews, observations, documents, and triangulation. A total of 10 participants took part, consisting of five soldiers from Battalion Yonarhanud 9/AWJ who committed acts of abuse or assault, one victimized soldier, and four leaders. The aim of this research is to uncover the reasons behind the occurrence of abuse or assaults, especially within the battalion, despite the strict military culture, both written and unwritten, that prohibits such behavior.The results of the study show that internal factors, such as individual character and the experiences of perpetrators who were previously subjected to violence by their seniors in the battalion or by instructors during training, have shaped similar behavioral patterns, leading them to commit violent acts against juniors. This violence continues due to a lack of guidance from leadership and could evolve into an entrenched organizational culture. The personnel recruitment process at Battalion Arhanud 9/AWJ involves soldiers from various air defense units across Indonesia; however, a negative subculture brought from their original units contributes to the deviant behavior of soldiers, representing an external factor. The leadership of Battalion Arhanud 9/AJW has taken several measures to address cases of assault and abuse, such as providing counseling related to violence, conducting special supervision, forming sports teams, increasing interaction among members, and maintaining the morale and welfare of soldiers. All these efforts aim to divert the focus of TNI members away from violent actions and toward more positive activities. It is hoped that this research will lead to a better understanding of the phenomenon of violence among Indonesian Army soldiers, contributing to Army leadership in making policies to prevent the recurrence of such incidents.

Kata Kunci : penganiayaan, kekerasan, budaya organisasi, militer, kepemimpinan, prajurit / abuse, violence, organizational culture, military, leadership, soldiers

  1. S2-2024-500574-abstract.pdf  
  2. S2-2024-500574-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-500574-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-500574-title.pdf