SENI DAN MEMORI KULTURAL: STUDI KASUS TENTANG TARI WANAR DAN PERISTIWA GENOSIDA BANDA DI MALUKU
Ramdani Rachmat, Dr. phil. Vissia Ita Yulianto ; Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2024 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
Tari Wanar merupakan seni tradisional
Masyarakat Wandan di Banda Ely. Tarian ini berisi tiga adegan yang mewakili
setiap fase sejarah masyarakat Wandan
yakni; Wandan Jadi, Islam Jadi dan Wandan Munjangir (Genosida Banda).
Tarian ini menceritakan kisah, ingatan serta sejarah yang terabaikan dari
bencana kemanusiaan yang mematikan akibat kekerasan kolonial Belanda di pulau
tersebut pada tahun 1621 yang menewaskan 10.000 penduduk asli, ratusan lainnya
adalah wanita yang kemudian dibawa ke Batavia untuk diperbudak. Sebanyak 1700
(mayoritas perempuan) yang selamat dari genosida banda dan pergi ke Pulau Kei
kemudian melestarikan ingatan kolektif tersebut dalam tari Wanar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana perempuan Banda Ely berbicara melalui
tari Wanar. Dengan menerapkan teori performance studies dari Richard Schechner dan memori
kultural dari Jan Assman,
penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode Multisited ethnography melalui observasi dan wawancara
sebagai Teknik pengumpulan
data. Observasi mulai dilakukan pada saat Muhibah Budaya Jalur Rempah yang
diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada
tahun 2022, di mana tarian ini dipentaskan di Istana Mini, Banda Neira.
Observasi kemudian dilanjutkan di Jakarta, Yogyakarta dan Banda Ely, Kepulauan Kei.
Wawancara dilakukan kepada Masyarakat Wandan, penari, kru pertunjukan, dan
penduduk setempat. Terungkap bahwa tarian ini berhasil membangkitkan kembali
ingatan orang Wandan pada
peristiwa Genosida Banda
tahun 1621 dan menjadi alat
memori kultural Masyarakat Wandan di Banda Ely.
Wanar dance is a traditional art of the Wandan community in Banda Ely. The dance contains three scenes that represent each phase of the Wandan community's history; Wandan Jadi, Islam Jadi and Wandan Munjangir (Banda Genocide). The dance tells the story, memory and neglected history of the deadly humanitarian disaster caused by Dutch colonial violence on the island in 1621 that killed 10,000 indigenous people, hundreds of whom were women who were then taken to Batavia to be enslaved. The 1700 (mostly women) who survived the Banda genocide and went to Kei Island later preserved the collective memory in the Wanar dance. This research aims to reveal how Banda Ely women speak through Wanar dance. By applying the theory of performance studies from Richard Schechner and cultural memory from Jan Assman, this research was conducted through a qualitative approach with the Multisited ethnography method through observation and interviews as data collection techniques. Observations began during the Spice Route Cultural Grant initiated by the Ministry of Education, Culture, Research and Technology in 2022, where this dance was performed at the Mini Palace, Banda Neira. Observations then continued in Jakarta, Yogyakarta and Banda Ely, Kei Islands. Interviews were conducted with the Wandan Community, dancers, performance crew and locals. It was revealed that this dance succeeded in reviving the memory of the Wandan people of the Banda Genocide of 1621 and became a cultural memory tool for the Wandan community in Banda Ely.
Kata Kunci : Tari Wanar, Memori Kultural, Genosida Banda, Performance Studies, Wandan