Suara-Suara Peracik Bunyi: Kajian Artistik dan Estetik Sound Engineer Gamelan Sendratari Ramayana Prambanan

M. Ismail Hamsyah, Dr. Gabriel Roosmargo Lono Lastoro Simatupang, M.A.; Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn.

2025 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Proses amplifikasi dan pengolahan bunyi oleh sound engineer gamelan dapat dipahami sebagai peristiwa skizofonia dan skismogenesis. Munculnya skizofonia menciptakan kinerja yang unik bagi peracik bunyi gamelan, karena tidak hanya dituntut menguasai peralatan amplifikasi dan pengolah bunyi saja, namun juga pengetahuan tentang estetika rasa yang menjadi ciri khas dari pertunjukan musik instrumen gamelan. Munculnya skismogenesis sebagai dampak dari skizofonia mengakibatkan peracik bunyi memiliki ketergantungan dengan bunyi hasil olahan teknologi amplifikasi dan pengolahan bunyi. Tujuan dari penelitian tesis ini adalah untuk meningkatkan kualitas pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan dari aspek bunyi gamelan. Selain itu, penelitian ini membuka pandangan khalayak umum bahwa sound engineer atau peracik bunyi juga merupakan seniman yang patut mendapatkan apresiasi setara dengan artis. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi suara dan sound studies. Data diperoleh dari proses penelitian lapangan dan juga wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ruangan dan peralatan amplifikasi serta pengolahan bunyi yang tersedia membuat peracik bunyi harus mampu beradaptasi dan melakukan kompromi untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan. Selain itu, peracik bunyi gamelan dituntut untuk memahami pengetahuan tentang estetika rasa yang melekat pada gamelan. Peristiwa skismogenesis berdampak pada kerja peracik bunyi yang mengharuskannya melakukan manipulasi bunyi dalam ruang dan manipulasi bunyi alat musik. Dari tugas kerja yang dilakukannya, peracik bunyi layak mendapatkan apresiasi yang setara dengan seniman.

The process of amplification and sound editing by gamelan sound engineers can be understood as schizophonia and schismogenesis phenomenon. The emergence of schizophonia creates a unique work for gamelan sound engineers, because they are not only required to practised sound amplification and processing equipment, but also understand the knowledge of the rasa that are characteristic of gamelan instrument music performance aesthetics. The emergence of schismogenesis as an impact of schizophonia causes sound engineers to be dependent on the sound that has been edited by sound amplification and sound editing technology. The purpose of this thesis research is to improve the quality of the Prambanan Ramayana Ballet performance from the aspect of gamelan sound. In addition, this research will open the public's view that sound engineers are also artists who deserve appreciation equal to artists. This study uses an anthropology of sound and also sound studies approach. Data were obtained from field research and interviews. The results of the study show that the shape of the room and the available sound amplification and sound editing apparatus require sound engineers to be able to adapt and compromise to produce the desired sound. In addition, gamelan sound engineers are required to understand the knowledge of the aesthetics of rasa inherent in gamelan. The schismogenesis event has an impact on the work of sound engineers which requires them to manipulate sound in space and manipulate the sound of musical instruments. From the work tasks they do, sound engineers deserve appreciation that is equal to that of artists.

Kata Kunci : Gamelan, Antropologi Suara, Sound Studies, Estetika Rasa, Sound Engineer