Laporkan Masalah

Tradisi Popokan di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dalam Perspektif Perkembangan Budaya Cornelis Anthonie Van Peursen

Muhammad Burhanuddin Yahya, Fitri Alfariz, S.Fil, M.Phil ; Drs. Budisutrisna, M.Hum.

2024 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Tradisi popokan dianggap sebagai suatu tradisi yang tabu mengingat dalam tradisi ini peserta saling melempar lumpur satu sama lain, namun jika dilihat secara mendalam, tradisi ini memiliki makna dan nilai yang mendalam sehingga masyarakat masih mempertahankan tradisi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah secara kritis mengenai perkembangan budaya dalam tradisi popokan yang ada di Desa Sendang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam perspektif teori perkembangan budaya Cornelis Anthonie Van Peursen.
Penelitian ini menggunakan studi pustaka dan ditunjang dengan wawancara serta observasi. Penelitian diawali dengan persiapan, wawancara, inventarisasi data, klasifikasi, analisis sintesis, dan evaluasi kritis. Objek material dalam penelitian ini adalah tradisi popokan yang ada di Desa Sendang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, sedangkan objek formal dalam penelitian ini adalah teori perkembangan budaya Cornelis Anthonie Van Peursen.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa prosesi tradisi popokan mengalami beberapa perubahan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya agar tradisi popokan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Tradisi popokan juga menunjukkan korelasinya dengan teori perkembangan budaya Cornelis Anthonie Van Peursen. Pada tahap mitis masyarakat mempercayai mitos akan adanya kekuatan ajaib yang mempengaruhi dan mengendalikan kehidupan mereka serta alam sekitar. Pada tahap ontologis masyarakat sadar dengan adanya tradisi popokan dapat memperkuat hubungan sosial di dalam masyarakat, sedangkan pada tahap fungsional pelaksanaan tradisi popokan dapat menambah keuntungan bagi masyarakat. Selain itu hal yang mendasari tradisi popokan tetap dilaksanakan hingga saat ini adalah ketakutan akan terjadinya bencana, hubungan manusia dengan Tuhan, sesama dan alam serta sebagai bentuk pelestarian budaya warisan nenek moyang mereka.

The Popokan tradition is considered a taboo tradition, given that in this tradition participants throw mud at each other. However, when examined deeply, this tradition holds profound meaning and values, which is why the community continues to maintain it. The purpose of this research is to critically address the formulated problem regarding the cultural development within the Popokan tradition in Sendang Village, Bringin Subdistrict, Semarang Regency from the perspective of Cornelis Anthonie Van Peursen's cultural development theory.

This research employs literature study supported by interviews and observations. The research begins with preparation, interviews, data inventory, classification, synthesis analysis, and critical evaluation. The material object of this research is the Popokan tradition in Sendang Village, Bringin Subdistrict, Semarang Regency, while the formal object is Cornelis Anthonie Van Peursen's cultural development theory.

The results of this research indicate that the Popokan tradition procession has undergone several changes. These changes are made as efforts to preserve the culture so that the Popokan tradition remains relevant to contemporary developments. The Popokan tradition also shows its correlation with Cornelis Anthonie Van Peursen's cultural development theory. At the mythical stage, the community believes in the myth of a magical power that influences and controls their lives and the surrounding nature. At the ontological stage, the community realizes that the Popokan tradition can strengthen social relations within the community. At the functional stage, the implementation of the Popokan tradition can bring benefits to the community. Additionally, the underlying reason for the continued practice of the Popokan tradition is the fear of disasters, the relationship between humans and God, fellow humans, and nature, as well as a form of preserving their ancestral cultural heritage.Keywords: culture, popokan tradition, cultural development.

Kata Kunci : kebudayaan, tradisi popokan, perkembangan budaya

  1. S1-2024-429632-abstract.pdf  
  2. S1-2024-429632-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-429632-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-429632-title.pdf