Laporkan Masalah

PEKERJA BUDAYA DI ANTARA KERENTANAN DAN HARAPAN AKAN PERUBAHAN (Studi Kasus Pengalaman Sukarelawan Biennale Jogja Seri Equator tahun 2011 – 2021)

Sukma Smita Grah Brillianesti, Prof. Dr. Heru Nugroho

2024 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Penelitian ini menawarkan penyelidikan komprehensif terkait dinamika kerja budaya, khususnya pelibatan sukarelawan dalam Biennale Jogja Equator. Terlepas dari daya tariknya sebagai ekspresi perayaan kekayaan kesenian, festival seni seringkali menyembunyikan tantangan mendasar yang terkait kerja sukarela yang mengaburkan batas antara altruisme dan eksploitasi, mengaburkan batas antara kesukarelawanan dan pekerjaan. Kaburnya batas ini menyebabkan posisi sukarelawan  rentan dieksploitasi oleh lembaga-lembaga kesenian untuk menyerap tenaga kerja murah atau bahkan gratis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana karakteristik kerja budaya dalam penyelenggaraan Biennale Jogja Equator berdampak pada pengalaman dan kondisi kerja sukarelawan.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tempat berlangsungnya Biennale Jogja Equator (BJE). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara, dan studi literatur yang menyasar para peserta magang dan sukarelawan yang terlibat dalam berbagai kegiatan festival, yang berlangsung dari tahun 2011 hingga 2021.

Temuan dari penelitian ini menjelaskan lanskap keterlibatan relawan yang beragam, menjelaskan sifat dualistik dari pengalaman mereka. Meskipun para relawan mendapatkan pengalaman langsung yang tak ternilai dan mengembangkan keterampilan penting dalam sektor kreatif, mereka juga bergulat dengan tantangan sistemik yang melekat dalam ekosistem produksi budaya. Tantangan ini berupa kesenjangan kebijakan, ketergantungan pada tenaga kerja yang tidak dibayar, kurangnya pelatihan, dan tidak adanya mekanisme pengaduan. Terlepas dari modal budaya dan sosial yang diperoleh sukarelawan, seperti akuisisi keterampilan dan kesempatan berjejaring, masih ada pertanyaan tentang bagaimana menerjemahkan modal tersebut menjadi keuntungan atau modal ekonomi yang nyata. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi berbagai isu yang mencakup dinamika struktural, motivasi individu, dan nilai-nilai komunal yang mendasari praktik sukarelawan dan magang di festival seni. Nilai-nilai komunal, seperti tanggung jawab sosial dan kewajiban terhadap masyarakat, dapat digunakan menjadi strategi melawan sistem dan menantang asumsi bahwa pelaku industri budaya terdepolitisasi.

This study provides a thorough investigation into the dynamics of cultural labor, specifically the involvement of volunteers in the Biennale Jogja Equator. Art festivals, despite being celebrated as expressions of artistic richness, often present significant challenges related to volunteer work that blur the lines between altruism and exploitation and between volunteerism and work. This can leave volunteers vulnerable to exploitation by art institutions that seek to absorb cheap or free labor. The aim of this research is to analyze the impact of cultural work characteristics in organizing the Biennale Jogja Equator on volunteers' working conditions and experience.

To achieve this, the study utilized ethnographic methods and was conducted in the Special Region of Yogyakarta (DIY), where the Biennale Jogja Equator (BJE) took place. Data collection involved direct observation, interviews, and literature studies targeting interns and volunteers involved in various festival activities from 2011 to 2021.

The study's findings highlight the dualistic nature of volunteers' experiences, shedding light on the diverse landscape of volunteer engagement. While volunteers gain invaluable hands-on experience and develop essential skills within the creative sector, they also face systemic challenges inherent in the cultural production ecosystem. These challenges include policy gaps, reliance on unpaid labor, lack of training, and the absence of grievance mechanisms. Despite the cultural and social capital that volunteers acquire, such as skills acquisition and networking opportunities, there are still questions about translating such capital into tangible benefits or economic capital. Furthermore, the research identified various issues, including the structural dynamics, individual motivations, and communal values that underlie volunteer and internship practices at art festivals. Communal values such as social responsibility and obligation to the community can be used to resist the system and challenge the assumption that cultural industry actors are depoliticized.

Kata Kunci : Biennale Jogja, Kerja Budaya, Sukarelawan | Biennale Jogja, Cultural Work, Volunteers

  1. S2-2024-483975-abstract.pdf  
  2. S2-2024-483975-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-483975-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-483975-title.pdf