Kajian Implikasi Deklarasi Ten Dash Line pada Peta Standar China 2023 terhadap Klaim Maritim di Laut China Selatan dengan Perspektif Geospasial
DIFANI GHINA ALYA GUMILANG, I Made Andi Arsana, S.T., M.E., Ph.D.
2024 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
China memicu perdebatan internasional dengan merilis peta standar China 2023 yang diumumkan oleh Kementerian Sumber Daya Alam China pada 28 Agustus 2023. Peta ini menampilkan ten dash line yang mencakup hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Hal ini menjadi faktor ketegangan dan konflik di kawasan tersebut. Dash line tersebut didasarkan pada prinsip traditional fishing ground yang diklaim oleh China. Prinsip ini menunjukkan bahwa nelayan China secara tradisional telah melakukan perjalanan laut dan menangkap ikan di perairan Laut China Selatan, termasuk di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel. Klaim sepihak oleh China di Laut China Selatan ini berpotensi merugikan negara-negara tetangga secara ekonomi dan politik, terutama terkait eksploitasi sumber daya ikan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan geospasial dan yuridis normatif, menggunakan perangkat lunak berbasis sistem informasi geografis (SIG) untuk pengolahan data. Penelitian ini membandingkan perubahan antara nine dash line dalam notes verbales China tahun 2009 dan ten dash line dalam peta standar China tahun 2023. Penelitian ini juga memvisualisasikan area yang saling tumpang tindih dalam simulasi klaim batas ZEE dengan dua opsi penyambungan dash line, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Batas ZEE yang memerlukan kesepakatan divisualisasikan dengan metode buffer dan median line antara negara-negara yang terlibat. Pembuatan klaim batas ZEE negara mengacu pada peraturan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982. Identifikasi negara-negara yang terdampak konflik akibat deklarasi ten dash line dilakukan berdasarkan perhitungan luas area yang saling tumpang tindih dengan menggunakan metode polygon intersection. Penelitian ini juga menganalisis dampak deklarasi ten dash line dengan fokus pada potensi sumber daya ikan di area yang saling tumpang tindih terhadap Indonesia. Acuan yang digunakan merujuk pada data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengenai Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI).
Hasil penelitian menunjukkan perubahan signifikan antara nine dash line tahun 2009 dan ten dash line tahun 2023. Perubahan tersebut meliputi jumlah dan posisi dash line, panjang segmen, serta jarak ke pulau atau daratan terdekat. Penelitian ini juga mengidentifikasi adanya ruang tumpang tindih antara klaim ZEE negara-negara dengan klaim ten dash line di Laut China Selatan. Implikasi konflik ini mempengaruhi enam negara, yaitu Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Jepang, dan Indonesia, dengan nilai luas area tumpang tindih yang bervariasi. Potensi sumber daya ikan di area tumpang tindih yang diestimasi untuk Indonesia adalah 136.722,788 ton per tahun untuk opsi pertama dan 167.926,520 ton per tahun untuk opsi kedua. Nilai kerugian pada pontesi sumber daya ikan akibat deklarasi ten dash line diperkirakan sebesar Rp4.484.161.220.549,49 per tahun untuk opsi pertama dan Rp5.507.564.612.314,87 per tahun untuk opsi kedua.
Kata Kunci : Laut China Selatan, Peta Standar China 2023, ten dash line, klaim ZEE