Laporkan Masalah

Manajemen Pengelolaan Ingkung Kuali Berbasis Komunitas Di Dusun Kalakijo Desa Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Yogyakarta

MAHMUD KHASBUNAL KAFI, Dr. Atik Triratnawari, M.A.

2024 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Ingkung merupakan salah satu makanan yang tidak pernah lepas dengan keberadaan tradisi di dalamnya. Masyarakat di Jawa menjadikan ingkung sebagai salah satu komponen sesaji dalam pelaksanaan tradisi slametan, sebuah tradisi yang berisi doa dan pujian sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat. Seiring berjalannya waktu, ingkung tidak lagi hanya menjadi salah satu dari komponen tradisi yang hanya muncul pada waktu tertentu, melainkan sudah bergeser menjadi makanan yang dikomersialisasikan. Salah satu warung yang menjajakan ingkung adalah warung ingkung kuali yang terletak di Dusun Kalakijo, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Keberadaan warung ingkung kuali tidak hanya bertujuan untuk melestarikan makanan tradisi, melainkan juga sebagai upaya untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Organisasi masyarakat “gotong-royong” menjadi sebuah hal yang penting digunakan dalam pengelolaan warung ingkung kuali.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa alasan ingkung kuali lebih memilih pengelolaan gotong royong daripada dikelola secara modern seperti warung pada umumnya serta bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat dan pembagian keuntungannya. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi pustaka. Informan penelitian berjumlah lima orang, tiga diantaranya merupakan informan kunci. Penelitian ini dilakukan di komplek warung ingkung kuali di Dusun Kalakijo, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta, dimulai dari bulan November tahun 2023 hingga Juni tahun 2024.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan gotong-royong dipilih sebagai cara mereka mengelola ingkung kuali adalah keberadaan tradisi gotong-royong sebagai sebuah bentuk pengorganisasian masyarakat yang sudah berlangsung secara turun temurun. Lebih lanjut, pemilihan jenis pengelolaan ini dianggap sebagai strategi yang tepat karena dengan gotong-royong, masyarakat memiliki peran dalam pengelolaan ingkung kuali, baik secara aktif maupun pasif, dimana ingkung kuali adalah usaha bersama, yang dikelola bersama, untuk kepentingan bersama. Namun, seiring berjalannya waktu, ingkung kuali mulai mengadopsi beberapa elemen dari manajemen modern yang ditandai dengan adanya beberapa pekerja pokok yang digaji secara penuh. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar keuntungan yang didapatkan ingkung kuali tetap stabil. Meskipun demikian, solidaritas ekonomi komunitas sangat tertanam dalam diri masyarakat (khususnya bagi orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan) sebagai sebuah esensi dari nilai gotong-royong.

Ingkung is a food that never loses its tradition. People in Java make ingkung as one of the components of offerings in carrying out traditions feast, a tradition that contains prayers and praise as a form of gratitude for the blessings God has given to society. As time goes by, ingkung is no longer just one of the traditional components that only appears at certain times, but has shifted to become a commercialized food. One of the stalls selling ingkung is the ingkung kuali stall located in Kalakijo Hamlet, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. The existence of the ingkung kuali stall is not only aimed at preserving traditional food, but also as an effort to involve the community in its management. Community organization "mutual cooperation" is an important thing to use in managing the ingkung kuali stall.
This research aims to find out the reasons why ingkung kuali prefers mutual cooperation management rather than being managed in a modern way like warungs in general and what forms of community involvement and profit sharing take place. This research is included in the qualitative research category with data collection methods of interviews, observations and literature studies. There were five research informants, three of whom were key informants. This research was conducted at the ingkung kuali stall complex in Kalakijo Hamlet, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta, starting from November 2023 to June 2024.
The research results show that the reason mutual cooperation was chosen as their way of managing ingkung kuali was the existence of the tradition of mutual cooperation as a form of community organization that has been going on for generations. Furthermore, choosing this type of management is considered the right strategy because with mutual cooperation, the community has a role in managing ingkung kuali, both actively and passively, where ingkung kuali is a joint effort, which is managed together, for the common good. However, as time went by, ingkung kuali began to adopt several elements of modern management which were characterized by the presence of several main workers who were paid full wages. This is done to ensure that the profits obtained by ingkung kuali remain stable. However, community economic solidarity is deeply embedded in society (especially for people involved in management) as an essence of the value of mutual cooperation.

Kata Kunci : Ingkung Kuali, Gotong-royong, Kuliner Tradisional, Solidaritas Masyarakat

  1. S1-2024-462957-abstract.pdf  
  2. S1-2024-462957-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-462957-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-462957-title.pdf