Latar belakang: Ibu rumah tangga sebagai penjamah makanan rumah tangga bertanggung jawab atas keamanan makanan yang disediakan bagi dirinya dan anggota keluarganya. Higiene dan sanitasi makanan menjadi aspek penting bagi penjamah makanan dalam menerapkan penanganan makanan yang aman. Penjamah makanan cenderung terlalu optimis tidak mengalami risiko karena anggapan bahwa mereka yang mengendalikan risiko tersebut. Fenomena ini disebut bias optimis, yang dapat menyebabkan penjamah makanan untuk mengabaikan prosedur penanganan makanan yang aman karena terlalu percaya kalau praktiknya tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara bias optimis dengan sikap higiene dan sanitasi pada ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain
cross-sectional dilakukan pada 100 orang ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta yang dipilih dengan teknik
purposive sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah bias optimis dan variabel terikatnya adalah sikap higiene dan sanitasi. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang diisi melalui Google Form atau kertas. Analisis statistik menggunakan uji korelasi
Spearman’s Rank dengan nilai
p < 0>
Hasil: Analisis korelasi antara bias optimis dengan sikap higiene dan sanitasi menunjukkan nilai p = 0,529 (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara bias optimis dengan sikap higiene dan sanitasi pada ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta.
Background: Housewives as household food handlers are responsible for the safety of the food provided for themselves and their family members. Food hygiene and sanitation are important aspects for food handlers in implementing safe food handling. Food handlers tend to be too optimistic in circumventing risks due to the presumption that they are in control of the risks. The phenomenon is called optimistic bias, which can cause food handlers to ignore safe food handling procedures due to overconfidence that their practices do not pose health risks.
Objective: To examine the correlation between optimistic bias and hygiene and sanitation attitude among housewives in Yogyakarta.
Methods: Quantitative research with cross-sectional design was conducted on 100 housewives in Yogyakarta who were selected using purposive sampling technique. The independent variable of this study is optimistic bias and the dependent variable is hygiene and sanitation attitude. Data collection used questionnaires filled out either through Google Form or paper. Statistical analysis used the Spearman’s Rank correlation test with p-value < 0>
Results: Correlation analysis between optimistic bias and hygiene and sanitation attitude showed p-value = 0.529 (p > 0.05).
Conclusion: No significant correlation was found between optimistic bias and hygiene and sanitation attitude among housewives in Yogyakarta.
Kata Kunci : bias optimis, sikap, higiene dan sanitasi, ibu rumah tangga