Laporkan Masalah

Pusat Komunitas Seni di Kawasan Heritage Kota Lama Semarang dengan Pendekatan Adaptive Infill Design

MYRIA INTANA ANDREANA, Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, M.A.

2024 | Skripsi | ARSITEKTUR

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan salah satu primadona wisata bersejarah di Kota Semarang. Keindahan arsitektur kolonial serta tatanan kota Little Netherland menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang, terutama karena banyak hasil adaptive reuse dan infill design yang menghidupkan kawasan ini. Namun, minim adanya fasilitas pengenalan budaya di Kota Lama. Hal ini sangat disayangkan karena seni dan budaya di Kota Semarang kurang mendapat perhatian dari masyarakat, terutama wisatawan. Padahal, terdapat banyak seniman dan komunitas seni di Semarang yang masih aktif berkarya, mulai dari seni lukis, fotografi, film, teater, tari, dan wayang. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara Kota Lama Semarang sebagai pusat keramaian wisatawan dengan aktivitas seni budaya di dalamnya. Untuk mendukung itu, diperlukannya perancangan sebuah Pusat Komunitas Seni di kawasan Kota Lama, terutama pada lahannya yang masih terbengkalai.

Pusat Komunitas Seni dirancang dengan pendekatan adaptive infill design compatible selaras di Jalan Sleko, Kota Lama Semarang. Pendekatan ini menekankan pada keselarasan bangunan baru dengan konteks sejarah di sekitarnya, tetapi tetap memberikan gaya yang modern. Konsep utama perancangan adalah adaptive art community block. Adaptive menekankan pada bentuk, fasad, serta tampilan massa, sedangkan art community block menekankan pada penjabaran fungsi ruang sebagai pusat komunitas seni yang mendorong adanya kolaborasi dan sirkulasi yang eksploratif. Bangunan akan dirancang menggunakan berbagai analisis yang sesuai dengan pendekatan dan menghasilkan bangunan dengan konsep bentuk exploration colonial to modern

The Old City area of Semarang is one of the most favorite historical tourism in Semarang City. The beauty of colonial architecture and the city structure of ‘Little Netherland’ is an attraction for visiting tourists, especially because of the many adaptive reuse and infill designs buildings that bring this area to life. However, there is less exposure to Semarang culture in Kota Lama. This is irony because art and culture in the city of Semarang receive little attention from the public, especially tourists. In fact, there are many artists and art communities in Semarang who are still actively working, such as, painting, photography, movie, theater, dance, and 'wayang' puppet.  Therefore, there is a need for collaboration between the Old City of Semarang as the center of the tourist crowd and the arts and culture activities within it. To support this, it is necessary to design an Arts Community Centre in the Kota Lama area, especially on land that is still neglected.

The Arts Community Centre was designed with an adaptive infill design approach that is compatible with harmony on Sleko Street, Kota Lama Semarang. This approach emphasizes harmony of the new building with the surrounding historical context, but still provides a modern style. The main concept of the design is the adaptive art community block. ‘Adaptive’ emphasis is on form, facade and mass appearance, while the art community block emphasizes the function of the space as the center of an arts community that encourages collaboration and exploratory circulation. The building will be designed using various analyzes that suit the approach and produce a building with a colonial to modern exploration form concept. 

Kata Kunci : Kota Lama Semarang, Adaptive Infill Design, Pusat Komunitas Seni

  1. S1-2024-463183-abstract.pdf  
  2. S1-2024-463183-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-463183-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-463183-title.pdf