MINANGKABAU DALAM KARYA-KARYA GUS TF SAKAI: SUATU KAJIAN PASCASTRUKTURAL
Yosi Wulandari, Dr. Pujiharto, M.Hum; Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum.
2024 | Disertasi | S3 Ilmu-ilmu Humaniora
Penelitian ini dilatarbelakangi sastrawan Minangkabau memiliki kecenderungan menulis Minangkabau dalam karya-karya mereka. Hasil kreativitas sastrawan menunjukkan hasil pemikirannya terhadap Minangkabau atau kritikan terhadap Minangkabau. Gus tf memiliki gaya yang khas dalam menulis, yakni permainan bahasa yang bervariasi pada setiap karyanya sehingga memungkinkan untuk muncul penafsiran-penafsiran baru. Gus tf dalam buah pikirannya menghadirkan beragam anomali mengenai Minangkabau yang berbeda dari pengarang Minangkabau lainnya. Penggunaan bahasa Gus tf Sakai menunjukkan adanya makna Minangkabau yang instabil. Minangkabau yang dibicarakan dalam karya-karya Gus tf Sakai memuat tambo, adat istiadat, dan tradisi merantau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dekonstruksi Minangkabau dalam karya-karya Gus tf Sakai. Selain itu, juga mengetahui pergeseran atau perubahan Minangkabau dalam karya-karya Gus tf dan mengungkap alasan Gus tf mendekonstruksi Minangkabau.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan Pascastruktural. Pascastruktural merupakan pemikiran yang menolak cara strukturalisme dalam menetapkan makna. Pascastruktural menentang pemikiran mengenai struktur stabil pada makna melalui pasangan biner (atasan-bawahan, baik-jahat). Menurut Pascastruktural, makna ialah sesuatu yang tidak stabil yang tidak dibatasi oleh kata, kalimat, tetapi hubungan antar teks. Metode pembacaan yang digunakan untuk mengungkap Minangkabau dalam karya-karya Gus tf Sakai ialah dekonstruksi. Objek material pada kajian ini yaitu dua novel dan sembilan cerpen dari lima kumpulan cerpen. Pemilihan objek material ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan objek berdasarkan kebutuhan penelitian. Aspek yang menjadi penentu adalah karya-karya Gus tf Sakai yang memuat ketidakstabilan makna pada aspek tambo, adat Minangkabau, dan tradisi merantau.
Temuan dari penelitian ini adalah jawaban atas pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam tujuan penelitian. Gus tf Sakai memberikan pandangan dan arah penafsiran baru terhadap Minangkabau berdasarkan perantauan pikirannya. Minangkabau dalam karya-karya Gus tf Sakai dihadirkan sebagai makna yang tidak stabil dalam memaknai tambo sebagai ironi asal usul Masyarakat Minangkabau, ketidakstabilan makna pada ragam adat Minangkabau. Selain itu, ditemukan makna baru bahwa merantau adalah perubahan pemikiran dan sebagai dampak sistem sosial dari sistem kekerabatan. Merantau yang ditawarkan oleh Gus tf bukanlah saja sebuah tradisi perpindahan fisik, melainkan perpindahan cara pandang terhadap suatu hal, membuka diri dan belajar dari hal-hal baru di luar adalah aktivitas merantau. Makna baru tambo, adat Minangkabau, dan konsep merantau yang dihadirkan dalam karya-karya Gus tf menunjukkan sifat bahasa yang tidak stabil sehingga makna Minangkabau dahulu dan sekarang akan terus berkembang.
This research was motivated by Minangkabau writers tending to write Minangkabau in their works. The results of literary creativity show the results of his thoughts on Minangkabau or criticism of Minangkabau. Gus tf has a distinctive style of writing, namely language games that vary in each of his works to allow for new interpretations to emerge. Gus tf in his thoughts presents various anomalies about Minangkabau that are different from other Minangkabau authors. The use of Gus tf Sakai language shows the unstable meaning of Minangkabau. The Minangkabau spoken of in Gus tf Sakai's works contains tambo, customs, and traditions of merantau. The purpose of this study is to describe the deconstruction of Minangkabau in the works of Gus tf Sakai. In addition, also knowing the shift or change of Minangkabau in the works of Gus tf and revealing the reason Gus tf deconstructed Minangkabau.
This research is qualitative research conducted with a poststructural approach. Poststructural is a thought that rejects structuralism's way of assigning meaning. Poststructural opposes the idea of a stable structure of meaning through binary pairs (superior-subordinate, good-evil). According to poststructural, meaning is something unstable that is not limited by words, sentences, but relationships between texts. The reading method used to reveal Minangkabau in the works of Gus tf Sakai is deconstruction. The material objects in this study are two novels and nine short stories from five short story collections. The selection of this material object uses purposive sampling techniques, namely taking objects based on research needs. The decisive aspect is the works of Gus tf Sakai which contain the instability of meaning in aspects of tambo, Minangkabau customs, and merantau traditions.
The findings of this study are answers to research questions formulated in the research objectives. Gus tf Sakai gave a new view and direction of interpretation of Minangkabau based on his overseas mind. Minangkabau in the works of Gus tf Sakai is presented as an unstable meaning in interpreting tambo as the irony of the origin of the Minangkabau Society, the instability of meaning in the variety of Minangkabau customs. In addition, a new meaning was found that migrating is a change in thinking and as an impact of the social system of the kinship system. Wandering offered by Gus tf is not only a tradition of physical transfer, but the transfer of perspective on something, opening and learning from new things outside is a wandering activity. The new meaning of tambo, Minangkabau customs, and the concept of merantau presented in Gus tf's works show the unstable nature of language so that the meaning of Minangkabau then and now will continue to grow.
Kata Kunci : Dekonstruksi, Gus tf Sakai, Minangkabau, Pascastruktural