Peran Strategic Planner dalam Kampanye Sosial "Suarakan Batik": Diseminasi Kebudayaan Kain Batik Melalui Instagram
YUNIAR HERMA NASTITI, Massageng Widagdhaprasana, S.I.P., MMktgComs
2024 | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Eksistensi batik sebagai salah satu bentuk kekayaan kebudayaan bangsa
membutuhkan fokus perhatian bagi banyak pihak. Kampanye sosial Suarakan Batik
hadir sebagai bentuk diseminasi informasi mengenai jenis, motif, cara
pembuatan, dan asal daerah kain batik klasik Yogyakarta sebagai salah satu
bentuk upaya pelestarian budaya. Kampanye sosial ini dilaksanakan melalui media
sosial Instagram berfokus kepada penyebaran informasi edukatif dan informatif
yang dirumuskan oleh strategic planner
serta didampingi oleh supervisor dan mitra kampanye, yaitu Museum Batik
Yogyakarta. Strategic planner mengemban
peran utama dalam melakukan analisis situasi, memetakan masalah, dan menyusun
langkah-langkah strategis dalam pelaksanaan kampanye. Teori yang digunakan yaitu teori aktivisme
digital dan teori perencanaan strategis yang membagi prosesnya ke dalam 3 tahap
utama, yaitu desain kampanye media sosial, implementasi dan monitoring, serta
evaluasi. Kampanye ini dilaksanakan selama 2 bulan dengan menyajikan konten
disertai rangkaian acara sebagai bentuk aktivitas luring seperti workshop dan talkshow. Kampanye sosial berhasil memenuhi objektif kampanye
dilihat berdasarkan evaluasi yang dihasilkan dari survei deskriptif, wawancara,
dan pemaparan KPI Instagram.
The existence of batik as one of the national cultural
assets requires special attention from many stakeholders. The social campaign
entitled Suarakan Batik will help the process of disseminating information
about the types, motifs, ways of making, and regional origins of classic batik
cloth Yogyakarta so that it can be used as a form of cultural preservation
program. This social campaign was implemented through Instagram, focusing on
the distribution of educational and informative content formulated by strategic
planner and accompanied by supervisors and partners, Museum Batik Yogyakarta.
Strategic planner held a significant role in this campaign to analyze the
situation, mapping the problem, and formulating strategic moves in the
execution of the campaign. The Theories used in this campaign are digital
activism theory and strategic planning theory which divides them into three
stages, including planning, implementation and monitoring, and evaluation. The
campaign was implemented for 2 months by presenting content along with a
variety of events as a form of activation such as workshops and talkshow. The
social campaign succeeded in achieving the campaign objectives based on
evaluations generated from descriptive surveys, interviews, and Instagram KPI
exposure.
Kata Kunci : Kampanye sosial, strategic planner, aktivisme digital, teori perencanaan strategis, Social campaign, strategic planner, digital activism, strategic planning theory