MODEL KEPEMIMPINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA CIVIL SOCIETY ORGANIZATION (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH YOGYAKARTA)
BRAVENDA OKTA ASCARINTYA, Prof. Dr. Agus Heruanto Hadna, S.I.P., M.Si.
2024 | Skripsi | ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)
Pondok Pesantren Waria Al-Fatah merupakan bagian dari Civil Society Organization (CSO) yang berfokus untuk menyediakan ruang beribadah dan belajar agama bagi para waria di Yogyakarta. Keberadaan waria belum sepenuhnya diterima di lingkungan sekitar membuat mereka tidak bisa bebas dalam mengekspresikan diri di ruang ibadah. Maka berdirilah Pondok Pesantren Waria Al-Fatah atas perjuangan para waria salah satunya Shinta Ratri. Berkat dedikasi dan semangat juangnya, Shinta Ratri dipercaya untuk menjadi pemimpin selama sembilan tahun (2014-2023). Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti model kepemimpinan Shinta Ratri, faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan model kepemimpinan tersebut, dan bagaimana implikasi dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan dari Avolio & Bass (2004) yaitu kepemimpinan transformational, transactional, dan laissez-faire serta implikasinya terhadap kinerja organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, obsevasi non-partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kepemimpinan yang digunakan Shinta Ratri adalah kepemimpinan transformational dan transactional dimana kepemimpinan transformational lebih dominan. Hal yang sama juga digunakan model tersebut di CSO atau pesantren lainnya tetapi yang membedakan terkait elemen pesantren, manajemen pesantren, dan peran negara. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi yaitu tuntutan organisasi, lingkungan, dan karakter waria. Kemudian implikasi terhadap kinerja Pondok Pesantren menunjukkan kemajuan pesat dilihat dari para anggota waria yang dapat mengembangkan potensi diri, banyak kebaharuan dari program-program, dan semakin dikenal banyak orang dari dalam dan luar negeri.
Transgender Pesantren Al-Fatah is part of the Civil Society Organization (CSO) which focuses on providing a space for worship and religious learning for transgender people in Yogyakarta. The existence of transgender has not been fully accepted in the surrounding environment, making them unable to be free in expressing themselves in the worship room. So the Transgender Pesantren Al-Fatah stood for the struggle of the transgender, one of which was Shinta Ratri. Thanks to his dedication and fighting spirit, Shinta Ratri was trusted to be a leader for nine years (2014-2023). For that, this research aims to examine the Shinta Ratri leadership model, the factors behind the selection of the leadership model, and how the implications in affecting organizational performance. The theory used is the leadership theory from Avolio & Bass (2004) which is transformational, transactional, and laissez-faire leadership and its implications for organizational performance. This research is a qualitative research with a case study approach. Data collection techniques in the form of in-depth interviews, non-participatory obsessions, and literature studies. The results showed that the leadership model used by Shinta Ratri was transformational and transactional leadership where transformational leadership was more dominant. The same thing is also used by the model in CSO’s or other Pesantren but the difference is related to the elements of Pesantren, Pesantren management, and the role of the state. There are three factors that influence the demands of the organization, the environment, and the character of the transgender. Then the implications for the performance of the Pesantren show that rapid progress is seen from the transgender members who can develop their potential, many updates from programs, and increasingly known to many people from within and outside the country.
Kata Kunci : waria, civil society organization, model kepemimpinan, kinerja organisasi