Resepsi dan Memori Kolektif Pekerja Milenial terhadap Film Propaganda Jepang "Bekerdja" Mars Romusha (1943)

Rosi Risalah Prajabnasti, Dr. Budiawan

2023 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Masa pendudukan Jepang di Indonesia walaupun terbilang singkat, memberikan memori pilu dan meninggalkan jejak sejarah bagi bangsa Indonesia. Salah satu jejak sejarah dari masa pendudukan Jepang di Indonesia yang dapat diakses kembali adalah film propaganda Jepang berjudul “Bekerdja” atau yang dikenal juga sebagai Mars Romusha (1943). Penelitian ini melihat bagaimana para pekerja milenial—kategori usia dewasa awal memaknai konten tersebut sebagaimana diunggah di media sosial. Pekerja tersebut juga memaknai bagaimana relevansi konten dan peristiwa romusha dikaitkan dengan kondisi di masa kini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan teori resepsi David Morley dan dielaborasikan dengan teori politik memori. Penelitian Morley (1986) tentang  tayangan televisi Nationwide merupakan bagian pengembangan dari teori resepsi encoding-decoding Stuart Hall sebelumnya yang sudah membagi audiens ke dalam tiga posisi pemaknaan yaitu menerima preferred reading, menolak atau menegosiasikan dengan melihat perbedaan kelas dan sosio-kultural dari audiens. Film propaganda berjudul “Bekerdja” atau Mars Romusha (1943) diposisikan sebagai konten yang menyajikan konstruksi realitas tentang peristiwa sejarah masa pendudukan Jepang di Indonesia yang selanjutnya akan diresepsi atau dimaknai oleh para pekerja milenial yang telah menonton film tersebut di masa kini. Hasil penelitian melihat bahwa dari 8 informan pekerja milenial, 3 orang berposisi oposisional, 4 orang berposisi negosiasi dan 1 orang berposisi dominan-hegemonik. Penerimaan masing-masing informan tidak terlepas dari faktor-faktor seperti kerangka pengetahuan dan ideologi yang dimiliki, latar belakang identitas, pengalaman pekerjaan serta akses saat menonton konten tersebut. Kelompok pekerja milenial sektor informal cenderung berposisi dominan-hegemonik, negosiasi, dan oposisional sementara pekerja milenial sektor formal cenderung berposisi negosiasi dan oposisional. Selain itu, memori kolektif yang mereka miliki –tentang masa lalu, masa kini dan masa depan— juga dibentuk dari wacana dan pendidikan yang mengitari para informan.

The Japanese occupation in Indonesia, although relatively short, leaves a sad memory and historical traces for the Indonesian people. One of the historical traces of the Japanese occupation in Indonesia that can be accessed again is a Japanese propaganda film entitled "Bekerdja" or also known as Romusha March (1943). This research looks at how millennial workers - the early adult age category - interpret the content as uploaded on social media. The workers also interpret how the relevance of the content and the romusha event is related to the conditions in present. This research is a qualitative study that uses David Morley's reception theory and is elaborated with the theory of memory politics. Morley's (1986) research on Nationwide television shows is part of the development of Stuart Hall's previous encoding-decoding reception theory which has divided audiences into three positions of meaning, namely accepting preferred reading, rejecting or negotiating by looking at class and socio-cultural differences from the audience. The propaganda film "Bekerdja" or Romusha March (1943) is positioned as content that presents the construction of reality about the historical events of the Japanese occupation in Indonesia which will then be perceived or interpreted by millennial workers who have watched the film in the present. The results showed that from 8 millennial worker informants, 3 people had an oppositional position, 4 people had a negotiated position and 1 person had a dominant-hegemonic position. The acceptance of each informant is inseparable from factors such as the framework of knowledge and ideology possessed, identity background, work experience and access when watching the content. Informal sector millennial workers tend to have dominant-hegemonic, negotiation and oppositional positions while formal sector millennial workers tend to have negotiation and oppositional positions. In addition, the collective memory they have - about the past, present and future - is also shaped by the discourse and education surrounding the informants.

Kata Kunci : resepsi, pekerja milenial, mars romusha, pendudukan Jepang, memori kolektif