Maskulinitas Perempuan dalam Lakon Banjaran Srikandi
Listyorini, Dr. Iva Ariani, S.S., M.Hum.
2023 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Srikandi sendiri merupakan tokoh imaginer yang lahir dari budaya Jawa yang cenderung menempatkan perempuan sebagai kanca wingking, mahluk kelas dua yang cenderung berperan dalam ranah domestik dengan istilah manak, macak, masak, pupur, dapur, kasur, sumur. Selain itu penempatan perempuan sebagai pelayan bagi kaum pria dengan slogan swarga nunut neraka katut. Namun tokoh Srikandi memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu, berperan dalam ranah publik sebagai senopati, dan memiliki kebebasan untuk memilih pilihannya. Hal tersebut bertolak belakang dengan mayoritas cara pandang masyarakat Jawa pada umumnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana maskulinitas Srikandi dalam Lakon Banjaran Srikandi dan 2) apa dasar pemikiran yang mengkonstruksi Srikandi yang merupakan tokoh perempuan dengan atribut maskulin. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui maskulinitas perempuan dalam Lakon Banjaran Srikandi dan mengetahui dasar pengkonstruksian Srikandi sebagai perempuan maskulin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber penelitian primer berupa pagelaran wayang kulit Lakon Banjaran Srikandi oleh Ki Mantep Sudarsana yang diunggah oleh Channel Sanggar Cemara. Sumber Pustaka pendamping berupa dokumen dan referensi yang berkaitan dengan maskulinitas Srikandi. Tahap penelitian meliputi tahap persiapan, tahap inventararisasi dan klasifikasi data, tahap pengolah data dan analisis data menggunakan analisis hermeneutik dan analisis semiotika.
Hasil penelitian menunjukkan analisis maskulinitas perempuan dalam Wayang Kulit Srikandi dalam Lakon Banjaran Srikandi meliputi berperan sebagai pemimpin, ambisius, analitis dan rasional, mudah mengambil keputusan dan memilki kepribadian yang kuat. Srikandi berperan sebagai pemimpin yaitu saat perang Baratayuda di Lapangan Kurusetra. Srikandi berhadapan dengan Resi Bisma yang merupakan kakek sekaligus guru Pandawa. Performativitas gender dalam tokoh Srikandi dipengaruhi oleh kecintaan Sriknadi terhadap negara, pembentukan dan didikan dari lingkungan orang tua dan kerajaan dan Srikandi yang lebih mengedepankan penggunaan rasio dibandingkan dengan emosional. Gender yang ditampilkan oleh Srikandi dipengaruhi oleh lingkungan, tuntuan kondisi yang sedang diserang oleh Prabu Jungkungmardea. Lingkungan keluarga Srikandi terutama sang ayah Prabu Drupada yang menginginkan seorang putra yang mampu melindungi bangsa dan negara, sulistya, Selain itu pemilihan gender maskulin pada tokoh Srikandi dirasa tepat agar dapat masuk dan diterima dalam ruang publik dan kepemimpinan.
Srikandi is an imaginary character born from Javanese culture which tends to place women as kanca wingking, second-class beings who tend to play a role in the domestic sphere with the terms manak, macak, masak, pupur, kasur, sumur, dapur. In addition, the placement of women as servants for men with the slogan swarga nunut neraka katut. However, the Srikandi figure has a high enthusiasm for studying, plays a role in the public sphere as a senopati, and has the freedom to make his choices. The formulation of the problems in this study are 1) What is the masculinity of Srikandi in the Banjaran Srikandi play and 2) What is the rationale that constructs Srikandi, who is a female character with masculine attributes? The purpose of this study was to determine the masculinity of women in the Banjaran Srikandi play and to find out the basis for the construction of Srikandi as a masculine woman.
This research is qualitative. The primary research source is the shadow puppet performance of the Banjaran Srikandi play by Ki Mantep Sudarsana uploaded by the Sanggar Cemara Channel. Companion Library Resources in the form of documents and references related to Srikandi's masculinity. The research phase includes the preparation stage, the inventory and data classification stage, the data processing and data analysis stages using analysis and semiotic analysis. Analysis of research results in the form of description, interpretation, hermeneutic analysis, semiotic analysis, and finally critical reflection of the data collected.
The results of the study show that the analysis of women's masculinity in Wayang Kulit Srikandi in the Banjaran Srikandi play includes acting as a leader, being aggressive, ambitious, analytical and rational, easy to make decisions, and having a strong personality. Srikandi played the role of a leader during the Baratayuda war at Kurusetra Field. Srikandi confronts Resi Bisma, who are the grandfather and teacher of the Pandavas.Gender performativity in the character Srikandi is influenced by Srikandi’s love for the country, formation and up bringing from the parental and royal environment and Srikandi who prioritizes the use of reason rather than emotion. The gender shown by Srikandi is influenced by the environment and demands the conditions that are being attacked by King Jungkungmardea. Srikandi's family environment, especially the father Prabu Drupada wanted son who was able to protect the nation and a state, Sulistya. In addition, the choice of masculine gender for Srikandi's character was felt to be appropriate so that he could enter and be accepted in the public sphere and leadership.
Kata Kunci : Maskulinitas Perempuan, Banjaran Srikandi