Sang Punggawaning Suksma, Pembacaan Filologis Suluk Alif Fragmen Kiai Cabolek
Moh. Taufiqul Hakim, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum
2023 | Tesis | S2 Sastra
Cerita Kiai Cabolek alias Syekh Mutamakkin cukup populer di Jawa. Ada sebanyak 40 naskah salinan yang menceritakan peristiwa pengadilan Mutamakkin yang dianggap mengingkari syariat akibat keyakinan mistiknya. Semua naskah tersebut ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa bermetrum macapat pada abad ke-19 hingga abad ke-20 M. Belakangan, ditemukan naskah Suluk Alif yang di dalamnya terdapat fragmen cerita Kiai Cabolek. Naskah ini ditemukan di wilayah pemakaman Kiai Cabolek di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Naskah ditulis oleh Syekh Alhaj Abdul Karim pada abad ke-19 M, dan dengan demikian merupakan naskah ke-41 yang memuat kisah Kiai Cabolek serta satu-satunya yang ditulis dengan huruf pegon bermetrum macapat.
Penelitian ini dilakukan dengan menyajikan suntingan dan terjemahan, serta pembacaan filologis terhadap naskah Suluk Alif fragmen Kiai Cabolek. Pembacaan filologis yang dimaksud adalah menjelaskan aspek keterbuatan (artefactuality), ketercerapan (apprehensibility), ketersusunan (compositionality), kontekstualitas (contextuality) dan kesejarahannya (historicity). Filologi sebagai ilmu yang khas dengan aspek historisitas dan kontekstualitas, maka dalam penelitian ini turut disajikan sumber-sumber lain yang sezaman dan relevan dengan riwayat Kiai Cabolek. Sumber tersebut yaitu teks yang tergurat dalam ragam hias Masjid Kajen peninggalan Kiai Cabolek dan naskah Primbon Syattariyah yang memuat sanad keilmuannya. Kedua sumber ini belum pernah dibahas dalam penelitian-penelitian tentang Kiai Cabolek sebelumnya.
Penelitian ini menemukan bahwa Suluk Alif fragmen Kiai Cabolek merupakan artefak budaya yang dihimpun dari pengetahuan-pengetahuan lama yang terkait dengan fenomena keagamaan di lingkungan Kraton Jawa, termasuk pengetahuan mistisisme Jawa-Islam di dalamnya. Artefak budaya tersebut disusun ulang oleh penyalin Suluk Alif dengan versi cerita Kiai Cabolek berdasarkan pemahaman masyarakat setempat, di lingkungan pemakaman Kiai Cabolek di wilayah Pantai Utara Jawa. Historisitas tokoh utamanya, Kiai Cabolek beserta ajaran-ajarannya di masa lalu turut dipadukan oleh penyalin di dalam Suluk Alif. Jika Serat Cabolek versi istana diperuntukkan bagi legitimasi kerajaan, dengan fakta-fakta historisitas Kiai Cabolek beserta peninggalannya di lingkungan pemakamannya menunjukkan bahwa Suluk Alif dan ajaran-ajaran Kiai Cabolek menyimpan tamsil bahwa pengetahuan yang sempurna terdapat dalam ketokohannya. Pengetahuan sempurna yang tidak meninggalkan aspek syariat tersebut juga termuat dalam makna teks di mimbar masjidnya, serta fakta historis bahwa Kiai Cabolek adalah seorang mursyid Tarekat Syattariyah.
The story of Kiai Cabolek aka Sheikh Mutamakkin is quite popular in Java. As many as 40 manuscript copies tell the story of Mutamakkin's trial for denying the shari'a due to his mystical beliefs. These manuscripts were written in Javanese script and language with macapat drums in the 19th to 20th centuries. Later, the manuscript Suluk Alif was discovered, which contained a fragment of Kiai Cabolek's story. This manuscript was found in the Kiai Cabolek cemetery in Kajen village, Margoyoso sub-district, Pati district, Central Java. The manuscript was written by Sheikh Alhaj Abdul Karim in the 19th century CE, making it the 41st manuscript to contain the story of Kiai Cabolek and the only one to be written in macapat metrical letters.
This research was conducted by presenting edits, translations, and philological readings of the Suluk Alif manuscript of the Kiai Cabolek fragment. The philological reading in question explains aspects of artefactuality, apprehensibility, compositionality, contextuality, and historicity. Philology as a science is characterized by aspects of historicity and contextuality, so in this study, other sources that are contemporaneous and relevant to the history of Kiai Cabolek are also presented. These sources are the texts inscribed in the Kajen Mosque's decoration of Kiai Cabolek's legacy and the Primbon Shattariah manuscript that contains his scientific sanad. These two sources have never been discussed in previous studies on Kiai Cabolek.
This study found that the Suluk Alif fragment of Kiai Cabolek is a cultural artifact compiled from old knowledge related to religious phenomena in the Javanese Kraton environment, including knowledge of Javanese-Islamic mysticism. These cultural artifacts were reconstructed by the copyist of Suluk Alif with a version of the Kiai Cabolek story based on the local community's understanding of Kiai Cabolek's burial grounds on the North Coast of Java. The historicity of the main character, Kiai Cabolek, and his teachings from the past are also incorporated by the copyist in Suluk Alif. If the court version of Serat Cabolek was intended for royal legitimacy, the facts of Kiai Cabolek's historicity and his relics in the cemetery show that Suluk Alif and Kiai Cabolek's teachings provide a projection of the perfect knowledge found in his stature. This perfect knowledge that does not abandon aspects of sharia is also contained in the meaning of the text on the pulpit of his mosque, as well as the historical fact that Kiai Cabolek was a murshid of Tarekat Syattariyah.
Kata Kunci : Kiai Cabolek, Suluk Alif, Serat Cabolek, Mysticism Islam, Shattaria