Tradisi Kirab Pusaka Keraton Kasunanan Surakarta dalam Perspektif Filsafat Kebudayaan Cornelis Anthonie van Peursen
Akbarul Mubaroki, Dr. Iva Ariani, S. S., M. Hum.; Dr. Sartini, M. Hum.
2023 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Tradisi kirab pusaka keraton Kasunanan
Surakarta merupakan suatu tradisi turun temurun yang dilaksanakan setiap satu
suro dan memiliki keunikan terdapat kebo
bule. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sejarah, perkembangan, dan
prosesi tradisi kirab serta menjelaskan dan menganalisis dalam sudut pandang
filsafat kebudayaan C. A. van Peursen.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
pandangan filsafat kebudayaan C. A. van Peursen mengenai tahapan kebudayaan
serta strategi kebudayaan. Menurut pandangan van Peursen kebudayaan melalui
tiga tahapan yaitu tahap mitis, ontologis, dan fungsionil. Selanjutnya peneliti
menggunakan metode deksriptif kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan
dari literatur buku, jurnal, skripsi, dan lain sebagainya serta studi lapangan
dari hasil wawancara mengenai kirab pusaka di keraton Kasunanan Surakarta
kepada abdi dalem serta warga.
Dalam tahapan mitis tradisi kirab di
keraton Kasunanan Surakarta nampak pada kepercayan daya gaib yang terdapat pada
kebo bule dan juga pusaka keraton,
selanjutnya pada tahapan ontologis nampak pada tradisi ngalap berkah di mana masyarakat sudah mulai memahami cara untuk
mendapatkan keberkahan dari sang kebo
bule dengan mengambil kotoran sang kerbau untuk kemudian dijadikan pupuk, bukan
sekedar sebagai jimat keberkahan. Pada tahap fungsionil tradisi kirab
mengundang antusiasme masyarakat, sehingga kirab tidak sekedar acara rutin
keraton tetapi juga sebagai pengenalan nilai-nilai budaya dan berdampak meningkatkan
perekonomian sektor perdagangan. Problem yang muncul adalah fanatisme pada kebo bule dan pusaka sehingga
dikeramatkan, selain itu juga terjadi kesalahpahaman inti perayaan kirab antara
pihak keraton dan masyarakat. Inti tradisi kirab merupakan ungkapan rasa syukur
dan permohonan kepada Tuhan bukan ngalap
berkah pada kebo bule.
The
tradition of the Kasunanan Surakarta Palace heritage carnival is a tradition
that is carried out at every suro and unique because there are albino buffalo.
This research aims to describe the history, development, and procession of the
carnival tradition as well as explain and analyze it from the perspective of C.
A. van Peursen's cultural philosophy.
In
this research, the researcher used van Peursen's cultural philosophy views
regarding cultural stages and cultural strategies. According to van Peursen's
view, culture goes through three stages (mythical, ontological, and functional
stages). The researcher used a qualitative descriptive method using literature
studies from books, journals, theses, etc. As well as field studies of
interviews regarding the heritage carnival at the Kasunanan Surakarta palace
with courtiers and residents.
In
the mythical stage is seen in the belief in supernatural powers found in albino
buffalo and also palace heirlooms; in the ontological stage, it is seen in the
tradition of ngalap berkah, where people have begun to understand how to get
blessings from the albino buffalo by taking feces then used as fertilizer, not
just as a talisman for blessings. At the functional stage, the carnival
tradition invites public enthusiasm, so that the carnival is not just a routine
event but also an introduction to cultural values and has an impact on
improving the economy of the trade sector. The problem that arises is
fanaticism towards albino buffalo and heirloom, so they are sacred. Apart from
that, there is a misunderstanding of the essence of the carnival. The essence
of the carnival tradition is an expression of gratitude and supplication to
God, not ngalap berkah to an albino buffalo.
Kata Kunci : Kirab Pusaka, Kebo Bule, Keraton Kasunanan Surakarta, Filsafat Kebudayaan, C. A. van Peursen