Eksotisme Jawa dalam Tulisan Perjalanan Prancis Abad ke-19
ANDI MUSTOFA, Prof. Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA. ; Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum.
2023 | Disertasi | S3 Ilmu-ilmu Humaniora
Jawa sejak masa Romantisme merupakan salah satu destinasi perjalanan penjelajah Prancis ke dunia Timur. Produksi tulisan perjalanan Prancis tentang Jawa di masa tersebut memiliki pola-pola berbeda yang dipengaruhi oleh historisitas Jawa dalam kolonisasi Belanda. Penelitian ini menganalisis perjalanan penjelajah Prancis dalam merepresentasikan Jawa dan posisi penjelajah Prancis dalam relasinya dengan Jawa, serta menjelaskan konstruksi Jawa dalam tulisan perjalanan Prancis. Objek material yang digunakan adalah lima tulisan perjalanan Prancis abad ke-19 yaitu Voyage de Paris à Java (1832) karya Honoré de Balzac, Quinze ans de séjour à Java (1861) karya Just-Jean-Étienne Roy, Voyage autour du monde: Java, Siam, Canton (1869) karya Ludovic de Beauvoir, En Océanie: Voyage autour du monde en 365 jours karya Edmond Cotteau (1895), dan Java, Ceylan, les Indes: Excursion sous l’équateur et la zone torride (1897) karya Émile Delmas. Teori-teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah konsep eksotisme, tulisan perjalanan, gagasan Lisle mengenai posisi subjek, ruang, dan waktu, serta konsep ambivalensi Bhabha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulisan perjalanan Prancis abad ke-19 menjadi media untuk mengonstruksi citra penjelajah Prancis yang heroik dan hegemonik dengan memosisikan Jawa sebagai Timur dan bangsa Barat yang lain sebagai bagian dari periferi. Supremasi identitas Prancis dikukuhkan dengan praktik eksotisasi yang merepresentasikan Jawa sebagai liyan eksotis. Pola-pola hierarki dan asimetris antara penjelajah Prancis dan Jawa hadir dalam pandangan kolonial (colonial vision) yang diperkuat dengan narasi perjalanan dalam dimensi spasial (Home/Away) dan temporal (Present/Past) dalam deret historis (historical queue). Praktik objektivikasi, stereotipisasi, dan narasi ambivalensi turut melegitimasi kuasa Prancis yang dominatif. Kuatnya dikotomi Barat-Timur menggagalkan penjelajah Prancis menjadi subjek dengan pandangan kosmopolitan (cosmopolitan vision). Praktik resistensi dan mimikri dari pihak Jawa sebagai usaha melawan pengaruh kolonial cenderung berakhir pada pengakuan atas kekuatan dominatif Barat. Eksotisme yang hadir secara bersamaan dengan wacana orientalisme, kolonialisme, nostalgia, dan melankolia memosisikan penjelajah Prancis sebagai subjek superior yang aktif dan dominatif sedangkan Jawa diposisikan sebagai liyan eksotis yang pasif dan submisif.
Since the era of Romanticism, Java has been one of the travel destinations for French travelers to the East. The production of French travel writing about Java during this period had different patterns which were influenced by the historicity of Java during Dutch colonization. This study describes the journey of French travelers in representing Java and the position of French travelers in relation to Java, and explains Javanese constructions in French travel writing. The objects used are five French travel writings of the 19th century, namely Voyage de Paris à Java (1832) by Honoré de Balzac, Quinze ans de séjour à Java (1861) by Just-Jean-Étienne Roy, Voyage autour du monde: Java , Siam, Canton (1869) by Ludovic de Beauvoir, En Océanie: Voyage autour du monde en 365 jours by Edmond Cotteau (1895), and Java, Ceylan, les Indes: Excursion sous l’équateur et la zone torride (1897) by Émile Delmas. The theories used are the concepts of exoticism, travel writing, Lisle’s ideas about subject position, space, and time, as well as the concepts of Bhabha’s ambivalence. The results of the study show that French travel writings of the 19th century became a medium for constructing the image of heroic and hegemonic French travelers by positioning Java as the East and other Western nations as part of the periphery. The supremacy of French identity is reinforced by the practice of exoticization which represents Java as an exotic other. Hierarchical and asymmetrical patterns between French travelers and Java are present in colonial vision which is strengthened by travel narratives in spatial (Home/Away) and temporal (Present/Past) in historical queues. The practice of objectification, stereotyping, and narrative ambivalence also legitimized the dominative power of France. The strong West-East dichotomy failed French travelers to become subjects with a cosmopolitan vision. The practice of resistance and mimicry on the part of the Javanese as an effort to resist colonial influences tended to end in recognition of the dominative power of the West. Exoticism that exists simultaneously with the discourses of orientalism, colonialism, nostalgia, and melancholia positions the French travelers as an active and dominative superior subject, while Java is positioned as an exotic, passive and submissive other.
Kata Kunci : eksotisme, Jawa, tulisan perjalanan Prancis, abad ke-19 ; exoticism, Java, French travel writing, 19th century