Negosiasi Tubuh dan Agama dalam Pertunjukan Tari Melemang di Desa Penega Provinsi Kepulauan Riau
Arbi Ntan Era Komala, Dr. Rr Paramitha Dyah Fitriasari, M.Hum; Dr. Samsul Maarif, M.A
2023 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
Tari Melemang merupakan bentuk sajian kesenian tradisi Melayu yang memiliki keunikan dengan menampilkan gerak kayang dimana penari mampu melentingkan tubuhnya ke belakang dengan kaki dan tangan menumpu berat badan. Berdasarkan fenomena yang ada, ketubuhan penari dalam pertunjukan Melemang kerap kali dituduh mengeksploitasi erotisme tubuh dan tidak mencerminkan nilai budaya sopan santun dalam masyarakat Melayu oleh tokoh agamawan. Hal ini kemudian memunculkan kesenjangan persepsi yang menimbulkan konflik antara pelaku budaya yang ingin mempertahankan bentuk sajian pertunjukan yang telah menjadi warisan luhur masyarakat Desa Penaga dengan tokoh agama yang yang secara umum memiliki peran dalam mengayomi dan menanamkan nilai moral di masyarakat pada ajaran-ajaran kebaikan. Peran pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pemangku kebijakan dalam upaya pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan menjadi fasilitator pada isu yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses negosiasi yang terjadi antara ketubuhan penari dan narasi agama yang muncul dalam perkembangan pertunjukan Tari Melemang di Desa Penaga Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan etnografi dengan mendialogkan teori fenomenologi pragmatik yang dicetuskan Maurice Merleau Ponty dan konsep ketubuhan Eugenio Barba untuk menganalisis pemaknaan tubuh penari dalam pertunjukan Melemang. Hasil penelitian yang diperoleh diuraikan melalui proses negosiasi pada pola hubungan antara kesenian dengan narasi agama yang diinterpretasikan dengan adanya modifikasi bentuk gerak, bentuk penerimaan tari Melemang yang dipertunjukan pada perayaan hari besar Islam, dan penguatan langkah pemerintah dalam mengusulkan kembali Tari Melemang sebagai warisan budaya tak benda dengan merekonstruksi bentuk sajian Tari Melemang kearah yang lebih baik. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjaga eksistensi Pertunjukan Tari Melemang sebagai ikon seni budaya Kabupaten Bintan.
Melemang dance is a Malay traditional art performance that is unique by showing the movement of the kayang where the dancer can bend his body backward with his feet and hands supporting the body weight. Based on the existing phenomenon, the dancers' bodies in Melemang performances are often accused of exploiting body eroticism and not reflecting the cultural values of politeness in Malay society by religious leaders. This case gave rise to a perception gap that gave rise to conflict between cultural actors who wanted to maintain the form of performance presentation which had become the noble heritage of the people of Penaga Village, and religious leaders who generally had a role in protecting and instilling moral values in society on the teachings of goodness. The role of the local government through the Department of Culture and Tourism as the policymakers in efforts to protect, develop, utilize, and foster is to become a facilitator on the issues that occur. This study aims to explain the negotiation process between the dancers' bodies and religious narratives that appear in the development of the Melemang Dance performance in Penaga Village, Riau Archipelago Province. This study uses a qualitative research method through an ethnographic approach by dialoguing the pragmatic phenomenological theory initiated by Maurice Merleau Ponty and Eugenio Barba's bodily concept to analyze the meaning of the dancer's body in the Melemang performance. The results of this research are obtained through a negotiation process on the relationship pattern between art and religious narratives were interpreted by modifying the form of motion, forms of acceptance of the Melemang dance performed at Islamic holiday celebrations, and strengthening the government's steps in reproposing the Melemang Dance as an intangible cultural heritage by reconstructing the form of the Melemang Dance presentation in a better direction. This research is done to maintain the existence of the Melemang Dance Performance as an artistic and cultural icon of Bintan Regency.
Kata Kunci : Tari, Melemang, Pertunjukan, Ketubuhan, Negosiasi