Laporkan Masalah

Kontestasi Produksi Ruang Sastra di Makassar dalam Ruang Sastra Indonesia

Muhammad Naufal Mahdi, Dr. Aprinus Salam, M.Hum.

2023 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Penelitian ini menganalisis kontestasi produksi ruang sastra di Makassar yang dilakukan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) (Wilayah Sulsel dan Cabang Makassar), Makassar International Writers Festival (MIWF), Katakerja, Institut Sastra Makassar (ISM). Kemudian dilakukan penelusuran atas ke empat ruang yang telah disebutkan. Penelitian ini menggunakan teori produksi ruang Henri Lefebvre dan teori geografi sastra Sheila Hones untuk melihat kontestasi produksi dan corak ruang yang dihasilkan dan konsekuensinya terhadap praktik dan produksi sastra di Makassar. Penelitian ini menemukan bahwa ruang yang diproduksi di Makassar merupakan sebuah upaya untuk membawa sastra lebih dekat ke masyarakat kota Makassar. Melalui FLP, MIWF, Katakerja, dan ISM, produksi ruang tersebut menjadi tempat di mana sastra dan masyarakat berinteraksi di dalam kegiatan kelas menulis, diskusi karya sastra, pertemuan penulis-pembaca, festival sastra, dan perpustakaan. Praktik produksi ini dilakukan sebagai alasan agar praktik sastra di Makassar bisa menjadi mandiri dan tidak selalu bergantung pada ruang sastra yang lebih mapan di luar Makassar. Jawa, terutama Jakarta, yang dibayangkan sebagai pusat digugat karena telah menjadikan ruang sastra di Indonesia timpang. Ini jelas terlihat dalam praktik ruang MIWF. Kecenderungan membayangkan pusat juga ada pada FLP, Katakerja, dan ISM: dakwah, perpustakaan, dan kualitas karya. Produksi ruang ini dibayang-bayangi oleh kekakuan konsep ruang. Konsekuensinya, produksi ruang sastra yang telah dikonsepsikan sedemikian rupa sebagai idealisasi membuat produksi ruangnya gagal. MIWF yang membayangkan Jawa, terutama Jakarta mengakibatkan ketimpangan pada praktik sastra di Indonesia justru membawa Emerging Writersnya ke ruang Jakarta. FLP yang membayangkan dakwah sebagai pusat produksi ruangnya justru melahirkan penulis yang hanya menjadi epigon pendahulunya. Katakerja yang menjadi inkubator untuk penulis Makassar gagal menerbitkan buku penulis-penulis yang mengikuti lokakarya di sana. ISM yang memiliki standar estetika yang tinggi malah menjadi sekolah menulis yang tidak melahirkan penulis.

This research analyzes the contestation of literary space production in Makassar conducted by Forum Lingkar Pena (FLP) (South Sulawesi Region and Makassar Branch), Makassar International Writers Festival (MIWF), Katakerja, Makassar Institute of Literature (ISM). Then the four spaces that have been mentioned are traced. This research uses Henri Lefebvre's theory of spatial production and Sheila Hones' theory of literary geography to see the contestation of production and the resulting spatial patterns and their consequences for literary practice and production in Makassar. This research found that the space produced in Makassar is an effort to bring literature closer to the people of Makassar. Through FLP, MIWF, Katakerja, and ISM, the production of space becomes a place where literature and society interact in writing classes, literary discussions, author-reader meetings, literary festivals, and libraries. This production practice is carried out as a reason for literary practice in Makassar to become independent and not always dependent on more established literary spaces outside Makassar. Java, especially Jakarta, which is imagined as the center, is challenged for making literary spaces in Indonesia unequal. This is evident in MIWF's spatial practices. The tendency to imagine the center is also present in FLP, Katakerja, and ISM: proselytizing, libraries, and quality of work. The production of this space is overshadowed by the rigidity of the concept of space. Consequently, the production of literary space that has been conceptualized in such a way as idealization makes the production of space fail. MIWF, which envisioned Java, especially Jakarta, as the cause of inequality in literary practice in Indonesia, brought its Emerging Writers to the Jakarta space. FLP, which envisioned da'wah as the center of its spatial production, instead produced writers who only became epigones of their predecessors. Katakerja, which became an incubator for Makassar writers, failed to publish the books of writers who attended workshops there. ISM, which has high aesthetic standards, has become a writing school that does not produce writers.

Kata Kunci : kontestasi produksi ruang sastra, geografi sastra, FLP, MIWF, Katakerja, ISM, Makassar

  1. S2-2023-476228-abstract.pdf  
  2. S2-2023-476228-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-476228-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-476228-title.pdf