Laporkan Masalah

Implementasi Konsep Rasa Gamelan Liturgi Tyas Manunggal Maha Agung di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

TONY ANWAR ROSIDY, Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn. ; Prof. Dra. Raden Ajeng Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D.

2023 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran merupakan salah satu gereja Katolik di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengusung tema inkulturasi. Hal tersebut nampak pada setiap aspeknya dan salah satunya adalah musik liturgi. Penggunaan gamelan pada misa merupakan ciri khas utama gereja. Jumlah pengrawit yang ada mencapai puluhan, dari anak hingga lansia. Kelompok gamelan bernama Tyas Manunggal Maha Agung (TMMA) merupakan kelompok pengrawit yang beranggotakan Orang Muda Katolik (OMK) dari usia 12-17 tahun. Kelompok ini terbentuk dari hasil pelatihan pelayan gereja sebagai upaya pelestarian budaya khususnya gamelan. Kelompok ini diresmikan pada tahun 2017 setelah anggotanya melaksanakan salah satu sakramen penting yakni Sakramen Krisma. TMMA telah menjadi salah satu kelompok pengrawit gereja yang aktif mengiringi misa. Penelitian ini mendeksripsikan dan menganalisis konsep rasa gamelan liturgi TMMA pada Malam Jumat Pertama 31 Maret 2022 di Gereja HKTY Ganjuran. Konsep rasa ini dibedah menggunakan teori proses kreatif yang dilakukan pelaku musik dalam upaya memberikan sajian musik yang sesuai dengan kemaknaan liturgi. Dari segi umat, cara umat memersepsikan sajian musik tersebut dalam suasana peribadatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan psikologi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa sajian gamelan mampu membawa suasana peribadatan yang sesuai dengan rasa liturgi. Gending juga mampu membawa suasana menjadi sakral yang berkorelasi pada hayatan umat. Hal ini divalidasi oleh pelaku maupun umat yang mengalami beragam rasa, sensasi, impresi dan persepsi yang muncul selama misa berlangsung. Interaktivitas dengan peristiwa misa dan komponen religi lain memicu timbulnya emosi keagamaan. Emosi keagaaman merupakan energi utama yang mendorong pelaku musik mempertunjukkan sajiannya dengan optimal. Pengalaman religius yang dialami umat memunculkan beragam rasa seperti tenang, syukur, sukacita, khidmat dan agung. Mereka mengaku bahwa gamelan liturgi mampu memberikan suasana yang sakral dan membawa pada kekhusukan beribadah.

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran is a Catholic Church in the Special Region of Yogyakarta that carries the inculturation theme. The theme can be seen in every aspect, and one of them is liturgical music. The use of gamelan at mass is the main characteristic of the church. There are dozens of musicians, from children to the elderly. A gamelan group called Tyas Manunggal Maha Agung (TMMA) is a group of musicians whose members are Catholic Youth from 12-17 years old. This group was formed due to the training of church servants to preserve culture, especially gamelan. This group was inaugurated in 2017 after its members carried out one of the important sacraments, the Sacrament of Confirmation. TMMA has become one of the church choir groups that actively accompanies mass. This study aimed to describe and analyze the feeling concept of TMMA's liturgical gamelan on the first Friday night of March 31, 2022, at HKTY Ganjuran Church. The feeling concept was dissected using the theory of the creative process carried out by musicians to provide musical presentations following liturgical meaning. From the people's perspective, how did the people perceive the musical presentation in an atmosphere of worship? This study used qualitative methods with phenomenological and psychological approaches. The data collection techniques were carried out through observation, interviews, documentation, and literature studies. The results showed that the gamelan presentation could bring a worship atmosphere that followed the liturgical sense. Gending also brought an atmosphere of being sacred, which correlated to the people's life. The atmosphere was validated by performers and people who experienced various feelings, sensations, impressions, and perceptions that emerged during the mass. Interactivity with mass events and other religious components triggered religious emotions. Religious emotion was the main energy that drove musicians to perform optimally. The religious experience experienced by the people gave rise to various feelings such as calm, gratitude, joy, solemn and sublime. They claimed that the liturgical gamelan could provide a sacred atmosphere and lead to the solemnity of worship.

Kata Kunci : rasa, gamelan, TMMA, Gereja HKTY Ganjuran

  1. S2-2023-467994-abstract.pdf  
  2. S2-2023-467994-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-467994-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-467994-title.pdf