MUSIK LOKAL SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PERDAMAIAN PASCA KONFLIK 1999-2003 MALUKU (Analisis wacana pada lirik musik lokal Maluku)
RIKAR SAHETAPY, Budi Irawanto, M.A., Ph.D.
2022 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASITahun 1999-2004 di Maluku mengalami konflik persaudaraan yang berdampak pada seluruh masyarakat Maluku. Pusat konfliknya pada Ambon provinsi Maluku, dan mulai dari konflik itu isu yang dimainkan ialah agama yakni Kristen dan Islam sehingga dominan yang dirasakan masyarakat dari dua agama ini. Pada akhirnya konflik ini dapat selesai dan masih meninggalkan rasa traumatik yang mendalam. Penelitian bertujuan untuk dapat memberikan gambaran penderitaan masyarakat Maluku pasca konflik dan bagaimana peran musik (lagu lokal Maluku) dengan lirik lirik lagu yang dianalisis Tifa Damai, Nusa Ina Manangis, Salam-Sarane (Menyambut Idul Fitri), Salam-Sarane (Menyambut Natal), Gandong e, Maluku Tanah Pusaka banyak sekali lirik-lirik lagu yang mengandung pesan perdamaian pasca konflik namun dari enam lagu ini dipilih berdasarkan konteks yang lebih dekat dengan konflik serta menjaga nilai-nilai toleransi di Maluku. Konsep teori yang dipakai dalam model penelitian oleh McLuhan yang menjelaskan tentang the medium is the message. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dari Fairclough dengan tiga konsep yang dianalisis yakni Analisis teks, Analisis praktik wacana dan Analisis sosiokultural. Hasil analisis keenam lirik lagu diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran musik (lagu lokal Maluku) sangat memberikan dampak yang cukup efektif sebagai medium pesan perdamaian pasca konflik serta lirik-lirik mengandung nilai-nilai toleransi umat beragama di Maluku. Inilah yang sangat dianggap penting jika peran musik lokal sebagai medium untuk dapat memberikan pesan pesan untuk setiap generasi Maluku untuk tidak harus menjadi kepentingan yang mana dapat memberikan dampak kepada seluruh masyarakat dan dampaknya ialah dapat menghancurkan kehidupan orang Maluku yang telah dibentuk dari zaman dahulu atau yang telah dibangun dan dijaga oleh nenek moyang orang Maluku.
The years 1999-2004 in Maluku experienced a fraternal conflict that affected the entire Maluku community. The center of the conflict was in the city of Ambon, Maluku province, and starting from that conflict, the issue at hand was religion, namely Christianity and Islam, so that people from these two religions felt dominant. In the end, this conflict can be resolved and still leaves a deep traumatic feeling. The research aims to be able to provide an overview of the suffering of the Maluku people after the conflict and how the role of music (local Maluku songs) with the lyrics of the analyzed song lyrics is "Tifa Damai, Nusa Ina Manangis, Salam-Sarane (Welcoming Eid Al-Fitri), Salam-Sarane (Welcoming Christmas) , Gandong e, Maluku Tanah Pusaka there are a lot of song lyrics that contain the message of post-conflict peace, but these six songs were chosen based on the context that is closer to the conflict and maintains the values of tolerance in Maluku. The theoretical concept used in the research model by McLuhan which explains about the medium is the message. This study uses Fairclough's discourse analysis method with three concepts analyzed, namely text analysis, discourse practice analysis and sociocultural analysis. The results of the analysis of the six song lyrics above, researchers can conclude that the role of music (local Maluku songs) has a very effective impact as a medium for post-conflict peace messages and the lyrics contain the values of religious tolerance in Maluku. This is what is very important if the role of local music as a medium to be able to give messages to every generation of Maluku does not have to be an interest which can have an impact on the whole community and the impact is that it can destroy the lives of the Moluccans that have been shaped from ancient times or have been created from ancient times. Built and maintained by the ancestors of the Moluccas.
Kata Kunci : Maluku, Konflik, Perdamaian, Musik (lagu lokal), Medium Komunikasi