Penderitaan Rakyat Korea yang Tercermin dalam Puisi Hwangtotgil Tahun 1970 Karya Kim Jiha: Kajian Semiotika dan Sosiologi Sastra
MONICA ANGELINA, Hwang Who Young, M.A.
2022 | Skripsi | S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREAPenelitian ini membahas mengenai penderitaan rakyat Korea yang tercermin dalam puisi Hwangtotgil karya Kim Jiha yang diterbitkan pada tahun 1970. Puisi ini menggambarkan mengenai pilihan Kim Jiha menjadi penyair di era pemerintahan yang penuh tekanan. Penelitian ini akan menelaah makna puisi serta penderitaan yang menjadi tekanan bagi rakyat dan para penyair, khususnya pada masa pemerintahan Park Chung-hee. Dalam mencapai tujuan tersebut, pencarian makna puisi dilakukan berdasarkan teori semiotika Riffaterre (1978) dan menjelaskan segala bentuk penderitaan rakyat dan para penyair yang dikaji dengan teori sosiologi sastra Alan Swingewood (1972). Berdasarkan hasil analisis semiotika pada pembacaan heuristik, puisi Hwangtotgil karya Kim Jiha bercerita mengenai perjuangan dan penderitaan pada masa tirani. Suasana puisi ini tampak penuh kesedihan, luka, dan tekad. Dari segi pembacaan hermeneutik didapatkan bahwa kata per kata puisi ini tidak hanya menceritakan sebuah kondisi jalan namun menggambarkan kondisi kehidupan yang penuh penderitaan, luka, bahkan kematian demi berjuang menyuruakan pendapatnya melalui puisi. Dari segi sosiologi sastra ditemukan bahwa puisi Hwangtotgil menggambarkan keputusan Kim Jiha dalam memilih jalan sebagai penyair sejati. Kata-kata yang tercermin dalam puisi mampu mencerminkan gambaran bagaimana penderitaan yang dirasakan rakyat Korea di masa-masa tirani, khususnya di era Park Chung-hee tahun 1970-an terhadap kebebasan berkarya dalam sastra.
This study discusses the suffering of the Korean people as contained in Kim Jiha's poem called Hwangtotgil published in 1970. This poem describes Kim Jiha's choice as a poet in times of tyranny. This study analyzes the meaning of the poem and the suffering which is a pressure for the Korean people and the country's poets, particulary during the Park Chung-hee's era. To pursue that aim, the study searches in to the meaning of the poem and is being carried out based on Riffaterre's semiotics (1978) and the explanation of the Korean people and the poet's form of suffering is being carried out by the sociology theory of literature from Alan Swingewood (1972). Based on heuristic readings in semiotic theory, Hwangtotgil by Kim Jiha recites the struggles and sufferings in times of tyranny. The atmosphere of this poem is full of sadness, hurt, and determination. Through hermeneutic readings, it is found that word by word in this poem does not only tell a road condition but describes life conditions full of suffering, injury, and even death in order to express his opinion through poetry. From a sociological literature perspective, it is found that Hwangtotgil's poem describes Kim Jiha's decision in choosing a path as a true poet. The words reflected in the poem are able to reflect a picture of the suffering felt in times of tyranny, especially during the Park Chung-hee's era in term of freedom to work in literature.
Kata Kunci : puisi, hwangtotgil, semiotika, sosiologi sastra, sastra era Park Chung-hee