Laporkan Masalah

Pasar Apung Rempang Cate dengan Pendekatan Interconnected Space

ZEKA OKTAVIANA PUTRI, Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch., IAI

2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Kota Batam yang dikenal sebagai kota dengan banyak pelabuhan dan dermaga memiliki potensi baik dalam aspek transportasi, kemajuan industri dan di bidang pariwisata. Letaknya yang strategis berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia membuat Kota Batam menjadi tempat transit, baik turis mancanegara maupun wisatawan lokal yang ingin berkunjung ke negara tetangga tersebut. Hal ini menjadikan Kota Batam terus dilakukan pengembangan menjadi kota bandar madani dalam segala aspek pendukungnya, tak terkecuali di bidang pariwisata dan infrastruktur. Potensi Pariwisata Kota Batam beragam baik wisata alam, wisata sejarah atau budaya, wisata religi dan juga wisata kuliner. Sedangkan di bidang infrastruktur belum merata, tidak terjamah ke wilayah-wilayah terpencil atau sudut kota yang ada di Kota Batam. Kota Batam sendiri bukanlah satu kota dengan kesatuan pulau yang utuh, Kota Batam dikelilingi oleh pulau-pulau kecil di sekitarnya dan berpenduduk. Seperti halnya Kampung Cate yang terletak di Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam. Masuk ke dalam deretan kampung tua, dengan penduduk mencapai 16.000 jiwa sudah seharusnya tersedia infrastruktur pendukung kegiatan keseharian penduduknya. Sebagaimana peran pasar yang menjadi economy generator masyarakat. Living Cultural sebagai pembentuk budaya setempat erat kaitannya dengan keberadaan pasar di Indonesia, bagaimana awal mula pasar masuk melalui jalur laut. Hal ini berkaitan dengan budaya masyarakat Rempang Cate yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan juga pekebun membuat kebutuhan akan pangan tidak sepenuhnya terpenuhi. Seperti halnya beras, gula dan bumbu masak, penduduk harus rela menyeberangi lautan menuju pulau seberang yaitu Kota Tanjung Pinang yang ditempuh dengan jarak 33 km menggunakan perahu ketimbang menempuh jalur darat ke pusat Kota Batam. Sehingga perancangan pasar apung ini nantinya mampu menjembatani kebutuhan keseharian masyarakat yang berada di Rempang Cate maupun pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya. Pasar Apung sendiri di Indonesia eksistensinya masih belum sebanding dengan keberadaan pasar pada umumnya. Keberadaannya yang kental akan budaya dan nilai lokal membuatnya hanya terjamah pada daerah yang telah mendapat warisan oleh nenek moyang setempat. Sehingga bagaimana menciptakan pasar apung yang mampu menjadi wadah baru dan mengangkat aspek pariwisata minat khusus daerah. Pengembangan Pasar Apung Rempang Cate ini memberi peluang bagi masyarakat setempat untuk menjajakan komoditas nya dan juga memperoleh kebutuhan lain dari pedagang yang berasal dari pulau lain. Sehingga isu yang terjadi di tengah masyarakat dapat terselesaikan dengan penerapan Interconnected Space di perancangannya. Selain itu perancangan Pasar Apung ini dimaksudkan memberi kontribusi positif terhadap masyarakat lokal dan Kota Batam khususnya di bidang pariwisata dan infrastruktur.

Batam City, which is known as a city with many ports and docks, has potential both in terms of transportation, industrial progress and in the field of tourism. Its strategic location bordering neighboring countries, Singapore and Malaysia, makes Batam City is a transit point, both for foreign tourists and local tourists who want to visit these neighboring countries. This makes Batam City continue to be developed into a civilized city in all its supporting aspects, including tourism and infrastructure. The tourism potential of Batam City is diverse, there are natural tourism, religious tourism, historical or cultural tourism, and culinary tourism. Meanwhile, in the infrastructure sector, it is not evenly distributed, it is not accessible to remote areas or corners of the city in Batam. Batam itself is not a city with a unified whole island, its surrounded by small islands around it and is populated. Like Kampung Cate which is located on Rempang Island, Galang District, Batam City. Entering a row of old villages, with a population of up to 16,000 people, infrastructure to support the daily activities of its residents should be available. As the role of the market which is the economy generator of society. Living Cultural as the shaper of local culture is closely related to the existence of the market in Indonesia, how the market first entered by sea. This is related to the culture of the Rempang Cate community, whose livelihoods as fishermen and planters make the need for food not fully fulfilled. Like rice, sugar and cooking spices, residents must be willing to cross the ocean to the opposite island, namely Tanjung Pinang City, which is 33 km away by boat instead of taking the land route to the center of Batam City. So that the design of this floating market will be able to bridge the daily needs of the people living in Rempang Cate and the small islands around it. The existence of the Floating Market itself in Indonesia is still not comparable to the existence of the market in general. Its existence, which is thick with local culture and values, makes it only accessible to areas that have been inherited by local ancestors. So how to create a floating market that can become a new forum and raise aspects of regional special interest tourism. The development of the Rempang Cate Floating Market provides opportunities for local people to peddle their commodities and obtain other needs from traders from other islands. So that issues that occur in the community can be resolved by implementing Interconnected Space in its design. In addition, the design of the Floating Market is intended to make a positive contribution to the local community and the City of Batam, especially in the field of tourism and infrastructure.

Kata Kunci : Pasar Apung, Rempang Cate, Interconnected Space

  1. S1-2022-431027-abstract.pdf  
  2. S1-2022-431027-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-431027-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-431027-title.pdf