Laporkan Masalah

Seni dan Relasi Kuasa: Studi Kasus Performativitas Sinden dalam Pertunjukan Wayang Kulit Ki Seno Nugroho

INDAH AYU FITRIA, prof. dr. timbul haryono, m. sc.; dr. phil. vissia ita yulianto, m. hum.

2021 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Penelitian ini berfokus untuk membongkar persoalan relasi kuasa berlapis yang terjadi dalam panggung pertunjukan wayang kulit dengan studi kasus performativitas sinden-sinden Ki Seno Nugroho. Live streaming yang lahir sebagai cara baru menonton wayang menjadi salah satu sudut penggalian data, maka selain metode etnografi klasik, multi-sited ethnography diterapkan sebagai metode pengumpulan data pada wilayah-wilayah lain, khususnya media internet. Pembacaan atas fenomena kehadiran sinden dengan peran-peran khusus melalui teori performativitas gender Butler menunjukkan adanya kekhasan performativitas yang dikomodifikasi dalam bentuk imajinasi stereotipe etsinitas gender berlevel, yakni: parodi feminitas dan maskulinitas (Apri-Mimin), feminitas Jawa dan sabrang (Elisha), serta feminitas Jawa yang dibagi lagi menjadi; feminitas Jawa dengan tradisi dua keraton besar dan feminitas njaban rangkah yang jauh dari tradisi dua keraton (Anting). Dari performativitas yang dibangun para sinden, konsep habitus dan arena Pierre Bourdieu menunjukkan sinden sebagai agen terkuasai menerima doksa sebagai aturan main yang lantas membentuk habitus sebagaimana peran-peran yang dimainkan di atas panggung. Hubungan relasional sinden sebagai agen terdominasi, membuat dalang dengan mudah mengeksploitasi performativitas sinden sebagai komoditas untuk meraup keuntungan di arena pertarungan dalang nasional.

This research focuses on uncovering the problem of layered power relations that occured in the wayang kulit performance stage with a case study: the performativity of Ki Seno Nugroho's sinden. Through Judith Butler's theory of gender performativity, it is found that the peculiarities of performativity are accommodated in the form of stereotypical imaginations of gender etsinities at the following levels: parodies of femininity and masculinity (Apri-Mimin), Javanese femininity and sabrang (Elisha) and Javanese femininity which are further divided into; Javanese femininity with the tradition of two palaces and femininity of "njaban rangkah", which is far from the tradition of the two palaces (Anting). The concept of habitus and the arena Pierre Bourdieu shows that sinden as a controlled agent accepts doxa as a "rule of the game" which then shaped a habitus like the role playes on stage. The relationship of the sinden as a controlled agent makes the dalang easily exploit the performativity of the sinden as a commodity to reap profits in the arena of national dalang battle.

Kata Kunci : sinden, performativitas gender, relasi kuasa,habitus, pertunjukan wayang

  1. S2-2021-435266-abstract.pdf  
  2. S2-2021-435266-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-435266-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-435266-title.pdf