Laporkan Masalah

Analisis Eksistensi Jendaaresu-kei Laki-laki di Jepang berdasarkan Teori Eksistensialisme Jean Paul Sartre

Lendy Luturmas, Najih Imtihani, S.S., M.A.

2021 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANG

Skripsi ini meneliti fenomena jendaaresu-kei laki-laki yang ada di Jepang. Jendaaresu-kei laki-laki adalah sebutan untuk laki-laki yang tidak terikat dengan konsep gender 'laki-laki harus maskulin' dan 'perempuan harus feminin' khususnya dalam hal berpenampilan. Seorang jendaaresu-kei laki-laki dapat menggunakan pakaian perempuan, aksesoris rambut, make-up dan lain sebagainya yang biasanya digunakan oleh perempuan. Masyarakat Jepang dikenal memiliki budaya patriarki di mana laki-laki Jepang dituntut untuk jadi maskulin sesuai dengan standar maskulinitas yang ada. Meskipun demikian jendaaresu-kei laki-laki memilih untuk tidak terikat dengan konsep gender tersebut dan berani untuk tampil berbeda. Keputusan yang diambil oleh jendaaresu-kei laki-laki ini dapat dilihat sebagai sebuah bentuk untuk mencapai eksistensialime diri. Dengan menggunakan teori eksistensialisme Jean Paul Sartre, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran para jendaaresukei laki-laki dan bagaimana mereka menyadari faktisitas-faktisitas yang ada. Data-data yang relevan dari pengakuan-pengakuan jendaaresu-kei laki-laki yang ada pada media daring maupun akun dan kanal media sosial pribadi mereka dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan teori eksistensialisme Sartre. Dari hasil analisis ditemukan bahwa jendaaresu-kei laki-laki sudah menyadari kebebasannya dengan tingkat penghayatan yang berbeda-beda. Mereka juga mampu menyadari adanya faktisitas-faktisitas yang membatasinya. Meskipun demikian para jendaaresu-kei laki-laki mampu mengatasi faktisitas-faktisitas tersebut sehingga mereka dapat dikatakan sudah mencapai tingkat kesadaran reflektif.

This thesis examines the phenomenon of genderless men in Japan. Genderless men is a term used for a man who is not bound by the concept of gender that 'men must be masculine' and 'women must be feminin' especially in terms of appearance. A genderless men can use women's clothes, hair accessories, make-up and so on which are usually used by women. Japanese society is known to have a patriarchal culture where Japanese men are required to be masculine according to the existing masculinity standards. However, genderless men choose not to be bound by this gender concept and dared to appear different. The decision made by the genderless men can be seen as a form of achieving self-existentialism. By using Jean Paul Sartre's theory of existentialism, this research aims to determine the consciousness of the genderless men and how they realize the existing facticity. Relevant data from genderless men's confessions on online media and their personal social media accounts and channels were collected then analyzed based on Sartre's theory of existentialism. From the analysis, it was found that they were aware of their freedom with different levels of appreciation. They are also able to realize all the facticity that limit it. Nonetheless, the genderless men are able to overcome these facticity so that they can be said to have reached the level of reflective consciousness.

Kata Kunci : jendaaresu-kei laki-laki, gender, maskulinitas, eksistensialisme

  1. S1-2021-378565-abstract.pdf  
  2. S1-2021-378565-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-378565-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-378565-title.pdf