Laporkan Masalah

ANALISIS POSKOLONIALISME HOMI K. BHABHA TERHADAP BABYMETAL SEBAGAI INFERIORITAS JEPANG

JULIO BAGAS PRADHANA, Robi Wibowo, S.S., M.A.

2020 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANG

Musik metal merupakan sebuah aliran musik yang diprakarsai oleh sebuah band bernama Black Sabbath di Eropa pada tahun 1970an. Aliran musik ini dikatakan merupakan versi yang lebih keras dari aliran musik rock. Musik metal ini banyak mendapatkan pengaruh dari aliran musik blues dan jazz. Keunikan dari musik metal adalah temponya yang cepat, keras, menggunakan pakaian serba hitam dan lain-lain, sehingga banyak orang yang tidak nyaman saat mendengarkan musik metal. Karena keunikan inilah, musik metal memiliki stereotip buruk seperti, penyembah iblis, pengguna obat terlarang, seks bebas, dan musik orang-orang terpinggirkan. Seiring berjalannya waktu, aliran musik ini semakin besar dan mendapatkan beberapa variasi, sehingga melahirkan anak aliran musik metal yang baru. Di antaranya, ada sebuah anak aliran yang berbeda dengan stereotip yang ada di masyarakat dengan mengusung konsep grup idola; aliran ini disebut dengan kawaii metaru. Penelitian ini menggunakan teori poskolonialisme Homi K Bhabha untuk melihat ada atau tidaknya fenomena poskolonialisme dalam fenomena kawaii metaru ini. Teori poskolonialisme Bhabha digunakan untuk meneliti fenomena ini karena kawaii metaru masih terlahir dari penggabungan budaya kawaii Jepang dan budaya metal Barat dan masih dipertanyakan identitasnya, apakah bisa dikelompokan ke dalam keluarga musik metal atau tidak. Sehingga, teori poskolonialisme Bhabha yang membahas tentang identitas baru karena pertemuan budaya penjajah dan terjajah cocok untuk membahas hal ini. Data mengenai kawaii metaru dan stereotip musik metal Barat dikumpulkan dari berbagai sumber (teks, rekaman, dan pengalaman pribadi penulis). Untuk meneliti tentang mimikri dan ambivalensi, data dikelompokan menjadi dua, yaitu data mengenai kawaii metaru dan musik metal Barat. Lalu, data itu dibagi lagi menjadi bahasa dan penyajian grup. Setelah itu data tersebut dibandingkan dan ditarik kesimpulan. Di sisi lain, untuk meneliti mengenai pembentukan identitas kawaii metaru, dikumpulkan data-data mengenai grup pengusung kawaii metaru tersebut dan data seputar grup idola yang ada di Jepang yang nantinya dibagi menjadi faktor internal dan eksternal, lalu ditarik kesimpulan. Hasil dari analisis yang telah dilakukan, mimikri dan ambilavensi terlihat dalam semua aspek yang diteliti yaitu bahasa dan penyajian grup. Sedangkan pembentukan identitas kawaii metaru berawal dari rasa inferioritas produser terhadap musik metal Barat, terlebih lagi karena persaingan grup idola di Jepang yang ketat, sehingga membutuhkan konsep yang berbeda. Sehingga, kesimpulannya adalah ada fenomena poskolonialisme dalam musik kawaii metaru. Disamping itu, terlepas dari teori Bhabha, penulis juga melihat bahwa sesungguhnya fenomena kawaii metaru hanyalah sebuah politik identitas untuk menarik perhatian publik terhadap sebuah grup idola baru.

Metal music is one of the music genre started by a band called Black Sabbath in Europe, 1970. This genre called to be a heavier version of rock music. Metal music received a lot of influence from blues and jazz music. The characteristic of this music is the fast tempo, heaviness, using all-black clothes, etc. made a lot of people feel uncomfortable whenever they hear it. Because of these characteristics, metal music has negative stereotypes such as devil worshippers, drugs abuser, free sex, and the music of marginal people. As time flows, a lot of modification happened in the genre, made a lot of subgenres emerges. Among them, there's a subgenre that different from the stereotype in the society; this subgenre is using an idol group concept and known by kawaii metaru. This study uses Homi K Bhabha's postcolonialism theory to see whether there's a postcolonialism phenomenon in kawaii metaru or not. Bhabha's postcolonialism theory used to study this phenomenon because kawaii metaru is a culture born from the fusion of Japan's kawaii culture and western metal music, but a lot of people still debating whether it is can be considered as metal music or not. So, the Bhabha's postolonialism theory that talks about the interaction between the colony and colonized culture was used to study this phenomenon. The data about kawaii metaru and colony's metal music gathered from many sources (text, recording, writer's personal experiences). To study about mimicry and ambivalence, the data was divided into two groups, that is kawaii metaru and colony's metal music. Then, these data will be divided into the song's language and the group presentation. These data were compared and from the cooperation, then conclusions drawn. To study how the identity formed, the data about kawaii metaru or Japanese idol groups music scene was divided into internal and external data, analyzed, then conclusion drawn. Based on the analysis performed, mimicry and ambivalence are present in all aspects studied that is song's language, and the group presentation. The forming of kawaii metaru identity, in the beginning, is caused by the feel of inferiority against western culture, especially metal. Also, there's strict competition inside the Japanese idol group music scene. So, the postcolonialism phenomenon is present in the kawaii metaru. Out of the postcolonialism theory context, the writer sees an indication that kawaii metaru is a political identity to gain attention for kawaii metaru. Keyword: Postcolonialism, metal music, kawaii metaru

Kata Kunci : Poskolonialisme, musik metal, kawaii metaru

  1. S1-2020-394807-abstract.pdf  
  2. S1-2020-394807-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-394807-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-394807-title.pdf