DINAMIKA RUANG PRODUKSI PENERBIT INDIE YOGYAKARTA DALAM POLITIK PENERBITAN SASTRA

ISNAN WALUYO, Dr. Aprinus Salam, M.Hum.

2020 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Penelitian ini menganalisis dinamika ruang produksi Penerbitan Indie Yogyakarta dalam politik penerbitan karya sastra. Tujuan dalam penelitian ini mengungkap sejauh mana Penerbitan Indie mengartikulasikan sekaligus bertahan dengan definisi sebagai ‘penerbit kecil’, ‘independen’, ‘alternatif’ dalam politik penerbitan karya sastra yang di dominasi dan dipengaruhi kepentingan kapitalisme. Metode penelitian ini akan berangkat dari analisis materialisme Terry Eagleton yang meletakkan pemahamannya bahwa karya sastra dalam proses produksinya adalah suatu yang tidak otonom dan bebas nilai. Dalam konteks penelitian ini, politik produksi Penerbit Indie yang berhubungan dengan konstituen-konstituen materialis pembangunnya akan mengintervensi lahirnya karya sastra. Artinya lahirnya karya sastra dari Penerbitan Indie adalah hasil negosiasi-negosiasi yang rigid dari hubungan-hubungan yang berada di luar teks. Dengan demikian, apa yang harus dibongkar dalam produksi penerbitan adalah konstruksi ideologis yang membangunnya. Dalam hasil penelitian ini, Penerbit Indie Yogyakarta menghadirkan wacana alternatif sebagai strategi politik penerbitan karya sastra. Melalui wacana alternatif tersebut, Penerbit Indie berusaha melakukan negosiasi eksistensi dalam pengaruh penerbitan nasional sekaligus kritik dan perlawanan terhadap dominasi kapitalisme cetak yang mengekang ‘demokrasi pengetahuan’ dan mencederai imaji Revolusi Guttenburg. Namun demikian, strategi alternatif yang dilakukan oleh Penerbitan Indie bisa dikatakan gagal karena hubungan konstituen-konstituen ideologis produksi penerbitan karya sastra justru menunjukkan bahwa resistensi yang terbangun memungkinkan terjadinya kontestasi yang cair. Hal ini tergambar ketika di dalam perkembangannya baik Indie maupun Penerbit Arus Utama sebagai representasi kapitalisme, saling mengadopsi strategi politik penerbitan masing-masing. Indie dengan dalih bertahan di tengah dominasi kapitalisme cetak kemudian menggadaikan idealisme mereka dengan menyusupkan logika pasar dalam menentukan wacana, cara produksi, dan sistem distribusi produk. Sebaliknya, Penerbit Arus Utama juga memproduksi karya sastra dengan wacana alternatif karena melihat ceruk pasar yang terbentuk, seperti menerbitkan karya sastra dari penulis kiri yang sebelumnya enggan mereka terbitkan. Melalui kontestasi yang cair tersebut, sekaligus merekonstruksi definisi dan gagasan politik Penerbitan Indie Yogyakarta bahwa ‘indie’ bukan berarti “alternatif” karena dalam perjalanannya pengertian tersebut berhasil diokupasi oleh kepentingan-kepentingan kapitalis.

This study analyzes the dynamics of the production space of Yogyakarta Indie Publishing in the politics of publishing literary works. The purpose of this study reveals the extent to which Indie Publishing articulates and survives with the definition of 'small publisher', 'independent', 'alternative' in the politics of publishing literary works that are dominated and influenced by the interests of capitalism. This research method will depart from Terry Eagleton's materialism analysis which places his understanding that literary works in the production process are non-autonomous and value-free. In the context of this research, the production politics of Indie Publishers related to the materialist constituents of its builders will intervene in the birth of literary works. This means that the birth of literary works from Indie Publishing is the result of rigid negotiations on relationships that are outside the text. Thus, what must be dismantled in the production of publishing is the ideological construction that builds it. In the results of this study, Indie Publisher Yogyakarta presents alternative discourse as a political strategy for publishing literary works. Through this alternative discourse, Indie Publisher seeks to negotiate the existence of the influence of national publishing as well as criticism and resistance to the dominance of print capitalism which curbs 'knowledge democracy' and injures the image of the Guttenburg Revolution. However, the alternative strategy undertaken by Indie Publishing can be said to be a failure because the relationship of the ideological constituents in the production of literary works actually shows that the resistance that is built allows for liquid contestation. This is illustrated when in its development both Indie and Mainstream Publishers as representatives of capitalism, adopted each other's publishing political strategy. Indie on the pretext of surviving amid the domination of print capitalism then pawned their idealism by infiltrating market logic in determining discourse, mode of production, and product distribution system. On the other hand, Mainstream Publishers also produce literary works with alternative discourses because they see formed niche markets, such as publishing literary works from left writers who were previously reluctant to publish them. Through this fluid contestation, at the same time reconstructing the political definitions and ideas of the Yogyakarta Indie Issuance that 'independent' does not mean "alternative" because in the course of this understanding, it has been successfully occupied by capitalist interests.

Kata Kunci : Penerbit Indie, Kapitalisme Cetak, Wacana Alternatif, Politik Penerbitan, dan Materialisme