Estetika Interaktif Pertunjukan Seni Tradisi Silek, Talempong dan Bagurau Saluang Dendang pada Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat
RUSTIM, Dr. Wisma Nugraha, Ch.R., M.Hum.; Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2020 | Disertasi | DOKTOR PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPAINTISARI Seni pertunjukan tradisi silek, talempong dan bagurau saluang dendang adalah jenis pertunjukan yang mengutamakan interaksi pelaku dalam pertunjukannya. Ketiga seni pertunjukan tradisi tersebut memiliki kaidah interaksinya masing-masing dengan aktivitas yang melandaskan interaksi sebagai konsep estetis. Oleh karena itu, estetika interaktif menjadi penting sebagai pusat atau capaian estetis pertunjukan. Dengan demikian dirumuskan masalah penelitian ini; mengapa interaktif menjadi unsur estetik dalam pertunjukan seni tradisi silek, talempong dan bagurau saluang dendang, bagaimana idiom interaktif dihadirkan dalam praktik pertunjukannya; dan bagaimana landasan dan hubungan spesifik antara pertunjukan seni tradisi tersebut dengan budaya Minangkabau. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan gagasan budaya dalam praktik seni pertunjukan tradisi Minangkabau melalui pola, struktur dan proses, serta relasi antar bentuk seni pertunjukan tradisi tersebut terhadap kelembagaan budaya dan kehidupan sosial masyarakat pendukungnya sebagai peristiswa khusus. Metode penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan perspektif permainan, yaitu melakukan observasi partisipatif terhadap sumber data berdasarkan pandangan masyarakat setempat sebagai pemilik kebudayaan. Teori penelitian menggunakan pendekatan permainan Richard Schechner, karakteristik dan jenis permainan Roger Caillois, pertunjukan seni tradisi sebagai pertunjukan budaya Milton Singer, pertunjukan seni sebagai peristiwa khusus Lowell Lewis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga seni pertunjukan tradisi ini melandaskan interaksi sebagai permainan yang dilakukan secara bebas dan spontanitas, yang disebut sebagai bagaluik. Pola-pola interaksi permainan pada ketiga pertunjukan tersebut, memiliki hubungan dan terikat erat dengan kehidupan sosio-kultural masyarakat Minangkabau. Ketiga pertunjukan ini disebut sebagai pertunjukan budaya dan peristiwa khusus yang merefleksifkan kehidupan sosial keseharian masyarakatnya. Temuan penelitian ini mengungkapkan adanya ajaran moral tentang kewaspadaan dan implisit diekspresikan melalui interaksi pelaku seni pertunjukan tradisi silek, talempong dan bagurau saluang dendang. Jaringan interaksi yang terbentuk secara material dan konseptual dalam pertunjukkan tersebut, sekaligus penggambaran kewaspadaan kolektif kelembagaan dan struktur kehidupan sosial sebagai pengalaman peristiwa khusus dalam kerangka mengintensifkan kehidupan keseharian masyarakatnya. Kata Kunci: Estetika Interaktif, Permainan, Kewaspadaan, Peristiwa Khusus
ABSTRACT The traditional performing arts silek, talempong and bagurau saluang dendang are types of performance which prioritize interaction between the players. These three traditional performing arts each have their own principles of interaction with activities founded on interaction as the main aesthetical concept. Therefore, the interactive aesthetic is important as the centre or aesthetical achievement of the performance. Thus, the following research questions can be formulated: why is interactivity an aesthetical element in the traditional art performances of silek, talempong, and bagurau saluang dendang; how is the interactive idiom presented in the performance practice; and what are the foundations and specific connections between these traditional art performances and Minangkabau culture. This research aims to discover the connection between the cultural ideas in the practice of these traditional Minangkabau performing arts through their patterns, structures and processes, as well as the relationship of these traditional art forms with the cultural institution and social life of the supporting community as special events. The research uses a method of ethnography with a perspective of play, involving participant observation of the data sources based on the views of the local community as the owners of the culture. The research theory uses Richard Schechner approach to play, Roger Caillois characteristics and types of play, Milton Singer idea of traditional performing arts as a cultural performance, and Lowell Lewis view of performing arts as special events. The research results show that the three traditional performing arts are founded on interaction, which is presented as free, spontaneous playing called bagaluik. The patterns of interaction of the playing in the three performances has a close relationship with the socio-cultural life of the Minangkabau community. The three performances are referred to as cultural performances and special events that reflect the everyday social life of their supporting community. The research findings show the presence of moral teachings that are expressed implicitly through the interaction of the artists in the performance of the traditional arts of silek, talempong and bagurau saluang dendang. The network of interaction that is formed both materially and conceptually in these performances also portrays the collective institutional vigilance and structure of the social life of the community, as an experience of a special event which takes place within a framework intensifying the daily life of the community. Keywords: Interactive Aesthetic, Playing, Vigilance, Special Event.
Kata Kunci : Kata Kunci: Estetika Interaktif, Permainan, Kewaspadaan, Peristiwa Khusus